RSS

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

tiang gantungan di kebun sawit

Tiang Gantungan di Kebun Sawit

November 18th, 2008 | by Ade Fadli | urai

Nov
18

Sejumlah perusahaan yang berkaitan dengan kelapa sawit, lembaga keuangan dan beberapa organisasi masyarakat sipil tengah berkumpul di Bali untuk melanjutkan perbincangan meja bundar tentang kelapa sawit berkelanjutan. Minyak sawit telah dipandang oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah Indonesia, sebagai produk yang menjanjikan masa depan cerah. Apalagi setelah adanya kebijakan negara-negara di Eropa untuk mengalihkan penggunaan sebagian minyak fosil kepada penggunaan bahan bakar nabati, seperti biofuel dari minyak sawit.

Hingga tahun 2008, 9 juta hektar lahan telah diberikan perijinan kepada perkebunan kelapa sawit, namun hanya 3 juta hektar lahan yang telah tertanami. Lahan-lahan hutan semakin mengecil, seiring dengan semakin menyempitnya lahan-lahan pertanian pangan rakyat, yang harus terus bertarung dengan meluasnya industri kelapa sawit di negeri ini.

Dalam lima tahun terakhir, Indonesia sangat memimpikan untuk menjadi penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Kondisi ini menciptakan beragam permasalahan di daerah-daerah, mulai dari kehadiran konflik sosial, permasalahan lingkungan hidup, hingga permasalahan korupsi. Kelapa sawit telah menjadi sangat primadona pada tahun lalu, dimana harga tandan buah segar kelapa sawit berada di atas angka seribu rupiah setiap kilogramnya.

Kegembiraan para petani sawit itu tak bertahan lama. Seiring dengan krisis finansial yang terjadi, harga tandan buah segar kelapa sawit turun drastis hingga dibawah seratus rupiah setiap kilogramnya. Ratusan petani di Jambi mulai stress hingga mengalami gangguan jiwa. Buah-buah sawit dibiarkan membusuk di kebun. Pemerintah cenderung lamban untuk mengantisipasi dampak krisis finansial terhadap komoditas ini.

Kelapa sawit: Komoditas Ketergantungan

Kelapa sawit sebagai tanaman telah melahirkan permasalahan sendiri. Kelapa sawit membutuhkan bibit yang terbaik, yang hanya diperoleh dari industri penghasil bibit kelapa sawit. Hingga saat ini, baru lima perusahaan yang dinyatakan sebagai penghasil bibit kelapa sawit bersertifikat di Indonesia. Bila menanam bibit sawit yang dihasilkan dari kelapa sawit yang telah ditanam, maka kualitas minyak sawit yang dihasilkan menjadi sangat rendah, sehingga sering kali ditolak oleh pabrik pengolah minyak sawit.

Kendali harga dalam menjual tandan buah segar (TBS) kelapa sawit berada di tangan pabrik pengolah minyak sawit. Sehingga, pada wilayah-wilayah yang kapasitas pabriknya tidak mampu menampung produksi buah kelapa sawit, seperti di Kalimantan, maka harga yang ditawarkan oleh pabrik kepada petani sangat tidak berada pada posisi yang menguntungkan bagi petani sawit. Harga yang sempat melonjak hingga Rp 1.200,- setiap kilogram sempat membahagiakan petani kelapa sawit. Namun kondisi tersebut hanya berlangsung tak lama, yang kemudian harga setiap kilogramnya di tingkat petani kelapa sawit berkisar antara Rp 80,- – Rp 300,-. Sehingga hanya petani kelas menengah dan berlahan luas saja yang mampu bertahan.

Cara memanen tandan buah segar kelapa sawit hanya dapat dilakukan oleh orang yang masih bertenaga kuat, atau orang-orang muda. Pada usia 10 tahun ke atas, diperlukan galah tambahan untuk memanen buah kelapa sawit. Jenis ini yang kemudian membedakan dengan pohon karet, dimana setiap orang, termasuk anak-anak dan orang tua, dapat memanen getah karet. Kondisi tersebut menjadikan setiap petani sawit yang sudah lanjut usia, harus mempekerjakan buruh dodos dan buruh angkut, yang akan menambah biaya produksi kelapa sawit.

Penggunaan pestisida dan pupuk sangat dianjurkan dan cenderung wajib bagi petani sawit. Ini belum termasuk untuk mengatasi hama babi hutan, landak, ataupun hewan yang memakan bonggol sawit lainnya. Biaya produksi sudah dipastikan meningkat dengan kondisi yang ada ini. Belum lagi, dampak kesehatan yang akan dialami oleh petani sawit, karena penggunaan pestisida yang tidak memperhatikan cara penggunaannya.

Kelapa sawit juga memiliki keunikan tersendiri, dimana setiap harinya kelapa sawit membutuhkan sekurangnya 20-30 liter air setiap harinya. Secara perlahan kemudian, kelapa sawit akan mengeringkan air tanah. Walau kemudian terlihat pada kebun-kebun kelapa sawit masih dapat ditumbuhi oleh tumbuhan penutup tanah (cover crop), namun sejatinya air tanah sudah sangat jauh berkurang. Pada usia 3 tahun, di daerah sekeliling kelapa sawit sudah sukar ditumbuhi oleh jenis-jenis pepohonan ataupun tanaman pertanian. Sistem tumpang sari yang selama ini dianjurkan dalam menanam kelapa sawit, belum pernah secara benar terjadi.

Dalam proses penanaman kembali (re-planting) kelapa sawit, terdapat kesulitan, dimana bonggol kelapa sawit harus dicabut untuk kemudian dapat menanam kembali. Atau kemudian melakukan penanaman pada wilayah yang belum ada kelapa sawitnya. Akar dan batang kelapa sawit sangat sukar untuk membusuk, kecuali kemudian diberikan perlakuan dengan menambahkan zat kimia tertentu (yang cenderung berbahaya bagi tanah dan kehidupan) pada batang dan akar kelapa sawit agar cepat membusuk.

Kelapa Sawit Keberlanjutan: Menjual Mimpi Yang Tak Terbeli

Inisiatif untuk menjadikan adanya industri kelapa sawit yang berkelanjutan telah dimulai sejak enam tahun lalu oleh kelompok organisasi konservasi internasional. Berharap akan terjadi sebuah perubahan perilaku dari industri kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit yang mengharuskan membuka lahan secara luas, telah melahirkan beragam permasalahan sosial dan lingkungan hidup.

Banjir, erosi dan kekeringan di kawasan sekitar perkebunan bukan lagi hal yang aneh. Sungai-sungai menjadi coklat dan tidak lagi dapat berfungsi sebagai biasanya. Sumur-sumur dan sumber air tanah lainnya semakin sukar ditemui di musim kemarau, dan terkadang juga terjadi di musim penghujan.

Ketika pabrik pengolahan minyak sawit mulai terbangun, limbah-limbah dari pabrik CPO, yang kabarnya dapat diolah kembali menjadi sumber hara bagi tanaman kelapa sawit, justru menghasilkan limbah hitam dan berbau di aliran sungai yang selama ini dimanfaatkan oleh komunitas lokal untuk kebutuhan sehari-hari.

Sementara inisiatif perundingan akan terus berjalan. Berharap bahwa mimpi akan adanya industri kelapa sawit yang tidak bermasalah secara sosial dan lingkungan hidup. Namun mimpi itu akan tetap menjadi mimpi, karena kelapa sawit bukanlah komoditas yang ramah sosial dan ramah terhadap lingkungan hidup. Konflik berkelanjutan masih akan terus terjadi di industri kelapa sawit.

Kemandiran di Tiang Gantungan

Bila sebelumnya para petani dan rakyat Indonesia telah membangun kemandirian di dalam komunitas, bahkan di tingkatan yang lebih luas, maka setelah hadirnya industri kelapa sawit, secara perlahan mulai hilang kekuatan ketahanan pangan rakyat negeri ini. Lahan-lahan pertanian produktif rakyat kian hari kian menyempit, digerus oleh pembukaan untuk perkebunan kelapa sawit.

Bibit-bibit tanaman pangan yang selalu tersimpan dengan baik di lumbung-lumbung pangan komunitas pun, semakin berkurang jumlah dan varietasnya. Petani yang dulunya berdaulat pangan, terpaksa harus menjadi buruh kelapa sawit ataupun menyingkir ke wilayah perkotaan. Uang pun menjadi pegangan satu-satunya untuk dapat bertahan hidup. Bukan lagi hutan, sawah ataupun kebun-kebun buah mereka.

Tiang gantungan telah disiapkan oleh industri kelapa sawit. Rakyat Indonesia yang bersandarkan pada kehidupan agraris harus mengantri untuk menyerahkan kehidupannya. Satu per satu akan menggantungkan hidupnya pada pelepah kelapa sawit. Tak ada lagi budaya alam yang telah terbangun sejak ratusan tahun lalu. Juga semakin jarang terdengar nyanyian owa di pagi buta.

Yang akan selalu hadir hanyalah berita turunnya harga tandan buah segar kelapa sawit, masyarakat adat yang digusur, ataupun banjir yang melanda desa-desa di negeri ini. Swasembada pangan takkan pernah terwujud, apalagi ingin memimpikan kedaulatan pangan. Negeri ini memang telah didorong ke tepi jurang kehancurannya. Kecuali kemudian bila ada kesadaran kolektif untuk menata ulang dan merebut kembali kedaulatan akan sumber-sumber kehidupan.

Berbagi:
Share
Digg
Print
Email

[Translate]

Authored b

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar