RSS

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

pertanian taksekedar bahan primer

Pertanian Tak Sekadar Bahan Primer

Saat hendak mendarat di Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur, pemandangan pertama yang pasti dilihat adalah hamparan perkebunan kelapa sawit. Komoditas tersebut dikembangkan secara besar-besaran di negara itu sejak tahun 1960-an. Kini, lahan perkebunan sawit di negeri itu mencapai seluas 4,2 juta hektar dan memproduksi minyak sawit rata-rata 14 juta ton per tahun.



Sektor pertanian Malaysia memiliki sejumlah komoditas unggulan, yakni kelapa sawit, kakao, karet, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Pembangunan serta pengembangan komoditas-komoditas tersebut selalu disertai dengan tekad untuk terus meningkatkan volume dan kualitas produksi.



Maka, pada 28 Oktober 1969 Pemerintah Malaysia mendirikan sebuah lembaga penelitian dan pengkajian bernama Mardi. Tugas lembaga itu adalah, pertama, melakukan pengkajian ilmiah, teknis, serta sosio-ekonomi dalam bidang pertanian dan peternakan. Di luar itu didirikan pula Malaysia Rubber Board yang khusus menangani karet dan Malaysia Palm Oil Board untuk kelapa sawit.

Kedua, melakukan penelitian dalam bidang produksi, konsumsi, dan pengolahan.

Ketiga, melakukan fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi, serta bantuan konsultasi. Lembaga-lembaga itu juga menangani promosi produk pertanian hingga ke berbagai negara.

Keempat, menerbitkan laporan berkala, laporan dan hasil seminar atau konferensi yang diadakan Mardi, termasuk menerbitkan jurnal pertanian secara tetap.

Kelima, melakukan pelatihan keterampilan dalam memajukan industri pertanian.

Keenam, mewujudkan kerja sama antara pemerintah, swasta, dan pihak asing dalam bidang penelitian.

Selain itu, Pemerintah Malaysia mendirikan sejumlah perguruan tinggi untuk ikut mengembangkan penelitian dan pengkajian komoditas pertanian. Contohnya, sekolah pertanian di Sepang pada tahun 1974 ditingkatkan menjadi Universitas Pertanian.

Penelitian dan pengkajian bidang pertanian yang dilakukan Mardi dan lembaga lainnya memberi hasil yang memuaskan. Untuk kelapa sawit dan karet, misalnya, diperoleh berbagai bibit unggul. Lembaga-lembaga itu mengajarkan pula tentang teknik pengolahan lahan yang benar. Pemerintah membangunkan jaringan infrastruktur yang andal, seperti jalan raya dan listrik, hingga ke sentra produksi pertanian.

Hasilnya, menurut pakar ekonomi dari Universitas Malaya, Sadono Sukirno, cukup menggiurkan. Karet, misalnya, pada tahun 1976, Malaysia telah memproduksi 1,2 juta ton per tahun. Lalu, mulai awal tahun 1980-an, Malaysia juga menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia.

Kini, Malaysia selalu menjadi contoh dalam usaha perkebunan kelapa sawit. Malaysia juga menjadi produsen bibit kelapa sawit terbaik. Bibit unggul itu kemudian diekspor ke berbagai negara.

Komitmen lain dari pemerintah untuk memajukan sektor ini adalah didirikannya Bank Pertanian. Bank itu terus menawarkan kredit untuk proses produksi dan pengolahan komoditas pertanian. Suku bunga kredit yang diterapkan bank itu saat ini 6,5 persen per tahun untuk kredit komersial dan empat persen per tahun bagi usaha kecil dan menengah (UKM).

Usaha perkebunan kelapa sawit di Malaysia tidak hanya monopoli perusahaan besar. Usaha itu juga dikembangkan secara perorangan oleh para petani di pedesaan. Modal usaha dibantu Bank Pertanian melalui kredit berbunga rendah.

Contohnya di Kampung Endah, Banting, Provinsi Selangor. Sebanyak 360 kepala keluarga penghuni kampung yang mengaku leluhurnya berasal dari Kebumen, Jawa Tengah, itu semuanya memiliki kebun sawit dengan luas lahan rata-rata dua hektar per keluarga. Volume produksi tandan buah sawit (TBS) berkisar 2-3 ton per bulan dengan penghasilan sekitar 1.600 ringgit.

Pemasaran TBS pun tidak sulit. Ada industri pengolahan yang langsung membelinya di lokasi perkebunan milik petani. "Terus terang, usaha kelapa sawit membuat kehidupan masyarakat di Kampung Endah cukup sejahtera. Setiap rumah sudah memiliki mobil. Bahkan, pada saat Idul Adha, kami selalu kesulitan mencari fakir miskin untuk diberi daging kurban. Akhirnya, kami bagi rata saja," ungkap Helmy bin Misba, Wakil Kepala Kampung Endah.



Kekuatan iptek

Untuk menopang industri berbahan baku minyak sawit di Malaysia, para pelaku usaha negara itu didorong melakukan investasi perkebunan di berbagai negara, seperti Indonesia, China, dan Afrika. Hasilnya, minyak sawit yang diproduksi diekspor ke Malaysia untuk diolah menjadi menjadi berbagai produk yang bernilai tinggi.

Kecenderungan yang berkembang di Malaysia saat ini adalah pengelolaan pertanian tak hanya sebatas memproduksi bahan baku primer. Dengan kekuatan lembaga penelitian bidang pertanian yang dimiliki, negara itu mulai menatap pengembangan produk yang bernilai tinggi.

Misalnya, pada tahun 2005 dicanangkan kebijakan bioteknologi. Fokus dari inisiatif itu adalah pengembangan dan penelitian dan pengembangan (litbang) serta kemampuan Malaysia dalam pengembangan bioteknologi untuk industri pertanian.

Sebagai implementasinya, pemerintah mendirikan Malaysia Biotechnology Corporation, termasuk dibentuk The National Institute of Agro-Biotechnology yang berada di bawah naungan Mardi. Tujuannya untuk pengembangan litbang bioteknologi bagi industri pertanian, komersialisasi hasil litbang, dan sebagainya.

Bahkan, beberapa bulan lalu, Wakil Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Mohammad Najib memimpin langsung delegasi dari negara itu untuk mengikuti pameran bioteknologi di Amerika Serikat. Ambisi di balik itu adalah Malaysia ingin menggunakan bioteknologi guna meningkatkan produktivitas tanaman pangan.

Mulai tahun 2008, Malaysia juga akan menerapkan sandi (codes) untuk industri minyak sawit. Sandi itu akan diperkenalkan sebagai upaya melakukan pendekatan baru dalam memproduksi minyak sawit dengan menjual merek (branding) yang kualitasnya terjamin berdasarkan pada konsep pembangunan berkelanjutan dan tertelusuri.

Sandi itu meliputi sirkulasi produksi sawit, termasuk pengelolaan perkebunan sawit milik perusahaan besar dan milik petani, juga sandi untuk pabrik pengolah dan proses pengolahan minyak sawit, penyimpanan, dan pengangkutan minyak sawit.

Langkah itu merupakan strategi Malaysia untuk mendiferensiasikan dan memosisikan produk sawit dengan menonjolkan elemen yang mendapat perhatian tinggi di pasar dunia, yakni kesehatan, kebersihan, keamanan pangan, dan kualitas pangan. Secara langsung, upaya itu meningkatkan citra positif minyak sawit Malaysia dan otomatis mendongkrak daya saingnya di pasar dunia.

Menurut Sadono, kelebihan lain dari Malaysia dalam mengembangkan sektor pertanian adalah konsisten melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, pembangunan tampak terarah dan terfokus. Hal yang kurang pasti dilengkapi dan yang keliru diupayakan segera dibenahi. (OKI/TON/JAN)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar