RSS

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

GAPKI Riau: Klaster Industri Sawit Perlu Aturan Hukum dan Skema Pengelolaan yang Jelas THURSDAY, 15 JULY 2010 10:11 REDAKSI AGRICULTURE - PERTANIAN

Babak baru industry sawit Riau dimulai dengan hadirnya klaster industri sawit di Dumai. Dunia usaha mewanti-wanti jangan sampai klaster justru malah menimbulkan monopoli usaha. Makanya, perlu dibuat aturan hukum yang tegas dan skema pengelolaan yang jelas .
Bagaimana para pengusaha sawit menyikapi hadirnya klaster. Lalu skema pengelolaan seperti apa yang ideal di mata mereka supaya tidak terjadi monopoli usaha, berikuti petikan wawancara Zuprianto dari riaubisnis.com dengan Dewan Penasehat Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Riau, Hinsatopa Simatupang, Rabu (14/7/2010) di sekretariat GAPKI Riau.

Bagaimana pandangan anda terhadap hadirnya Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit di Dumai?

Klaster industri adalah suatu konsep yang sangat ideal, effisien dan efektif dipandang dari segala aspek baik teknis maupun non teknis, baik financial maupun non-financial. Membuat konsepnya, membangun dan mengoperasikan klaster Industri secara nasional di Indonesia adalah langkah strategis, lebih khusus di Propinsi Riau akan lebih baik, karena propinsi Riau merupakan salah satu sentra perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia saat ini dan juga merupakan salah satu produsen CPO terbesar di Indonesia.

Hadirnya klaster industry hilir sawit juga memberikan dampak positif terhadap perekonomian daerah. Karena memberikan nilai tambah dan multiplier effect yang besar kepada masyarakat sekitar.

Tapi, pengembangan industri pertanian memerlukan modal yang cukup besar. Pengadaan modal tersebut dapat dilakukan oleh pemerintah atau juga diharapkan adanya peran aktif dari sektor swasta dan masyarakat.

Selain itu, sektor pertanian belakangan lebih populer dengan istilah agribisnis. Pembangunan ekonomi pertanian Indonesia tidak bisa lagi bertumpu pada sektor pertanian semata, tetapi pada sistim agribisnis. Sistim agribisnis melibatkan pertanian itu sendiri, agroindustri dan jasa-jasa yang terkait.

Peran sektor pertanian pada pembangunan suatu negara sangatlah besar. Indonesia mempunyai sumber daya yang kaya, luas areal, posisi geografis dan jumlah penduduk yang besar. Potensi sumber daya tersebut dapat diberdayakan untuk menghasilkan produksi pertanian, guna memenuhi pasar domestik maupun dalam negeri. Inila yang membuat klaster industri hilir sawit sangat penting diwujudkan.

Apakah dengan adanya klaster, menguntungkan atau justru malah merugikan pengusaha perkebunan sawit?

Tergantung bagaimana pengelolaannnya. Karena pihak yang berkeinginan mengembangkan klaster industri di Indonesia rasanya semakin banyak. Setidaknya itu kesan yang ada dari berbagai kesempatan dalam waktu belakangan ini.

Tapi sebetulnya pembentukan klaster secara umum adalah sangat menguntungkan dipandang dari segala aspek. Dari segi kepemilikan lahan yaitu petani/pekebun kecil, pekebun menengah dan pekebun besar akan sangat diuntungkan dengan adanya klaster industri di Indonesia dan juga di Riau.

Rantai produksi yang terdiri dari produksi bahan baku (raw material), barang setengah jadi (work in process material) dan barang jadi (finish good produck), dimana selama ini Indonesia masih hanya terkenal hanya sebagai produsen dan pengekspor CPO saja. Saat ini produksi CPO nasional lebih kurang 30 persen adalah untuk kebutuhan dalam negeri dan selebih adalah untuk di eksport sebagai sumber devisa negara.

Dengan adanya industri klaster kelapa sawit di Riau akan terbentuk suatu plaza sawit yaitu konsep one stop shooping untuk produk kelapa sawit dari bahan baku beserta segala turunnanya.

Idealnya pembangunan industri klaster kelapa sawit difasilitasi oleh pemerintah. Dan mengembangkan/memperkuat klaster industri memerlukan penentu kebijakan strategis dan para pelaksana yang yang memiliki integritas dan kompetensi untuk berklaster. Jika ingin mengembangkan/memperkuat klaster industri, ajaklah mitra yang memiliki integritas, kompetensi dan sumberdaya yang jelas.

Minyak adalah sawit merupakan sumber bahan baku industri utama di Indonesia, baik untuk kebutuhan pangan (minyak goreng) maupun untuk kebutuhan ole-chemical. Dimasa depan, minyak sawit semakin penting sebagai sumber energi yaitu bahan bakar nabati (bio-fuel), seiring dengan semakin langkanya bahan bakar dari fosil (BBM).

Bagaimana prediksi pertumbuhan produksi sawit Riau ke depannya dengan adanya klaster industry hilir sawit tersebut?

Pertumbuhan dan perkembangan sangat tergantung pada ketersediaan lahan. Program pengembangan produksi kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara perluasan lahan (extensifikasi) dan peningkatan produktifitas (intensifikasi). Ekstensifikasi dapat juga terjadi dengan pola adanya perubahan komoditi, yang tadinya .

Pengembangan dengan intensifikasi dapat dilakukan dengan teknologi bibit dan pengelolaan budidaya. Pegembangan ekstensifikasi sangat ditentukan oleh kebijakan pemerintah menyangkut banyak hal dikaitkan dengan izin lahan. Adanya perubahan Rencana Tata ruang Tata Wilayah (RTRWP) Propinsi Riau, dan juga RTRWP secara Nasional dapat berakibat negatif mencipatakan ketidakpastian hukum khususnya bagi yang melakukan proses pelepasan hutan.

Bukankah langkah ekstensifikasi terbentur dengan kebijakan pemerintah yang justru menahan pertumbuhan areal perkebunan baru?

Betul, tapi langkah ekstensifikasi atau ekspansi lahan yang dilakukan, harus tetap sesuai aturan hukum. Jadi tidak mengganggu fungsi hutan. Kalau begitu kan tidak masalah jadinya.

Lalu apa yang menjadi kendala bagi industri sawit di Riau?

Ketidakpastian hukum dan jaminan keamanan salah satunya. Hal itu sangat berisiko bagi pelaku industri untuk berinvestasi. Lalu banyaknya pungutan-pungutan yang dibebankan oleh pengusaha dengan alasan retribusi sehingga membuat high cost production. Seperti Retribusi TBS, Retribusi Air Tanah , Retribusi Listrik Non PLN, Fasilitas Subsidi (Pupuk, BBM).

Kebijakan perbankan yang bunga kreditnya masih cukup tinggi. Iklim perdaggan internasional yang kini serba tak menentu membuat makin fluktuatifnya harga CPO dunia. Dan yang paling meresahkan adalah black campaigne yang dilakukan beberpa organsiasi non pemerintah dengan memakai isu lingkungan.

Bagaimana konsep kerja sama yang ideal dalam mengelola klaster industri hilir sawit?

Idealnya Fungsi pemerintah sebagai Fasitator, Regulator dan Stimulator. Di berbagai negara dimana fungsi ini berjalan dengan baik maka memberikan stimulus bagi indtrinya. Nah pemeritah wajib membuat aturan hukum yang tegas dan skema pengelolaan yang transparan dan tidak berpihak.

Hal ini penting untuk menghindari monopoli usaha oleh sebagian kecil pemain sawit. Lalu hapus sistem birokrasi yang berbelit dan pungutan liar yang bikin high cost production. Jika ini diterapkan saya yakin klaster di Dumai bisa sukses. (*)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pemerintah Siapkan Kebun Koleksi Genetika Kelapa Sawit

Pemerintah akan menyiapkan kebun koleksi nasional sumber daya genetika (KKN-SDG) kelapa sawit di Kabupaten Sijunjung Provinsi Sumatera Barat.
Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Achmad Mangga Barani, di Jakarta, Selasa, mengatakan, KKN-SDG nantinya akan dikelola oleh pemerintah dengan tujuan untuk mendukung pengembangan industri kelapa sawit di Indonesia.
"Sebagai negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia, Indonesia harus memiliki sumber daya genetika kelapa sawit seperti yang dilakukan pemerintah Malaysia. Mereka sudah sejak lama memiliki sumber genetika sawit," katanya.
Sebenarnya, tambahnya, di Indonesia sudah ada tetapi masih berada di berbagai perusahaan perkebunan, misalnya di perusahaan Sucofindo, Astra, dan Asian Agri.
Karena milik perusahaan, maka tidak dapat diakses untuk umum, tapi hanya untuk kepentingan perusahaan saja.
Menurut dia, dengan dibangunnya kebun koleksi nasional milik pemerintah, maka semua masyarakat dapat mengaksesnya untuk mendapatkan klon baru yang mempunyai potensi.
Achmad Mangga Barani mengatakan, pembangunan kebun koleksi sumber daya genetika ini sangat penting bagi Indonesia di masa depan.
"Kami akan mengkoleksi semua yang sekarang ada di berbagai perusahaan perkebunan," katanya.
Dikatakannya, pembangunan kebun koleksi itu sangat penting dan merupakan amanat Undang-undang No.12 tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman, serta Peraturan Pemerintah (PP) No.44 tahun 1995 tentang Perbenihan.
Pemerintah, katanya, berkewajiban memelihara eksistensi dan kelestarian plasma nutfah, oleh karena itu, untuk membangun kebun koleksi nasional tersebut masyarakat dan pemerintah daerah telah menyediakan lahan seluas 1.501,55 hektare dengan masa pembangunan sekitar lima tahun.
Mangga Barani menambahkan, dalam pembangunan ini pemerintah hanya menyiapkan dana sebesar Rp 20 miliar dengan sistem bazed selama tiga tahun.
"Pada tahun 2009 disiapkan dana sebesar Rp 4,2 miliar, tahun 2010 sebesar Rp 8,2 miliar dan tahun 2011 sebesar Rp 7,6 miliar," katanya.
Sedangkan untuk biaya penelitian akan ditanggung oleh perusahaan perbenihan nasional (swasta) yang telah mendapatkan izin dari pemerintah, dan hasilnya akan dibagikan sesuai dengan perjanjian.
Menurutnya, materi yang akan ditanam dan dikembangkan di kebun koleksi nasional kelapa sawit itu adalah plasma nuftah (sumber genetik) hasil ekplorasi dari luar negeri, misalnya dari Kamerun sebanyak 3.000 pohon dengan luas lahan 20 hektare, sedangkan dari Anggola dan Brazil belum berjalan.
Selain varietas dari luar negeri, juga akan diisi varietas dari dalam negeri, misalnya sebanyak 33 varietas sawit yang sudah dilepas oleh Menteri Pertanian RI sebelumnya.
"Dengan pembangunan kebun koleksi nasional ini diharapkan akan menghasilkan benih yang berkualitas tinggi," katanya.
Selain itu, produksi diharapkan mencapai enam ton CPO per hektare, sedangkan produksi sawit sekarang baru mencapai empat hingga lima CPO per hektare.(S025/K004)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Manfaatkan 12 Juta Ha Lahan Terlantar untuk Sawit

Thursday, 11/08/2011 11:21


[JAKARTA] Pengusaha diminta memanfaatkan lahan terdegradasi atau terlantar yang disiapkan untuk pengembangan usaha kehutanan dan nonkehutanan, seperti perkebunan sawit yang banyak menyerap tenaga kerja. Kementerian Kehutanan sudah memetakan dan menawarkan 12 juta ha lahan terlantar yang bisa segera dimanfaatkan.
"Pengusaha, terutama perkebunan sawit, harus memanfaatkan semaksimal mungkin lahan terlantar yang ditawarkan. Jika tidak dimanfaatkan akan ditarik kembali," ujar Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan pada seminar yang diadakan Kantor Berita Antara, di Jakarta, Rabu (10/8).
Dikatakan, Badan Pertanahan Nasional (BPN) sudah menghitung ada 7 juta ha lahan yang bisa digunakan untuk membuka lahan pertanian dan perkebunan. Namun, hanya sedikit pengusaha yang memanfaatkannya.
"Tak ada lagi hutan alam yang boleh dibuka, manfaatkan lahan yang terdegradasi. Ajak masyarakat manfaatkan lahan rusak itu dengan kegiatan inti-plasma misalnya. Kami memahami kesulitan yang dihadapi pengusaha untuk membuka perkebunan, antara lain karena lemahnya infrastruktur dan lokasi yang sulit, misalnya berbukit-bukit atau berlereng terjal. Tapi harus ada keseriusan," ucapnya.
Menhut menegaskan, industri sawit harus didukung karena memberi dampak ekonomi yang sangat besar dan menyerap banyak tenaga kerja. Indonesia kini memiliki lahan perkebunan sawit paling luas dan produsen minyak sawit terbesar di dunia. Namun, harus ada manajemen yang baik dan penataan yang benar agar tidak merusak lingkungan dan menjadi bahan kritikan sejumlah LSM.
Sementara itu, kalangan industri sawit mengharapkan pemerintah segera menerbitkan juklak Inpres No 10/2011agar pemanfaatan hutan terlantar untuk kebun sawit dan tanggung jawab pengelolaan lingkungan berjalan seimbang. Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan, payung hukum diperlukan guna menghindari kesalahpahaman dan misinterpretasi di lapangan atas kegiatan usaha di kawasan hutan.
''Kami memahami sekaligus mendukung kebijakan moratorium penebangan hutan, karenanya kami meminta segera dibuat juga payung hukum inpres moratorium yang juga bisa mempermudah izin pemanfaatan hutan. Inpres ini akan efektif jika diikuti dengan terobosan kebijakan, terutama untuk pemanfaatan hutan terdegradasi," tutur Joko.
Programme Director Tropenbos Indonesia Petrus Gunarso mengatakan, industri kehutanan dan perkebunan (sawit) tetap bisa jalan meski ada penghentian sementara izin di kawasan hutan dan gambut. Petrus memaparkan, luasan hutan gambut sekitar 22 juta ha harus dimanfaatkan. Kalau tak dimanfaatkan, menurutnya, malah terancam dirambah dan merusak gambut yang berakibat melepas karbon ke atmosfer.
"Yang harus ditekankan terkait Inpres Moratorium Hutan adalah berapa besar kompensasi yang didapat Indonesia karena keberhasilan menurunkan emisi karbon lewat berbagai kegiatan, seperti rehabilitasi dan penanaman hutan tanaman industri (HTI). Sampai saat ini, kita belum tahu kompensasinya, padahal kita sudah banyak berkorban," ucapnya. (agb-2)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

siapa yang tertarik membeli tanah/kebun sawit ? cocok untuk investasi .?

Luas 2 ha.lokasi kab.siak riau lokasi dekat/didepan sekolah smp,bersertifikat,paling cocok buat perumahan.Disekitarnya banyak rumah walet yang masih menghasilkan.harga 200 juta. contact suisva@yahoo.co.id
Ditanyakan oleh su
Jawaban terbaik mengenai pertanyaan “siapa yang tertarik membeli tanah/kebun sawit ? cocok untuk investasi .?” :

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kini Sawit Hadirkan Devisa US$80 Miliar

BOGOR, RIMANEWS-Kelapa sawit merupakan komoditi ekspor andalan yang berperan sebagai penggerak perekonomian nasional serta menjadi pembawa devisa US$80 miliar, kata pakar kelapa sawit Institur Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Erliza Hambali.

Pakar Fakultas Teknologi Pertanian IPB itu di Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/12) mengatakan, kelapa sawit merupakan komoditas ekspor andalan ternyata menjadi salah satu sumber pemasok devisa yang juga berperan sebagai penggerak perekonomian nasional.

Menurut dia, kelapa sawit memiliki peran yang sangat penting dalam menggerakan perekonomian Indonesia dan menempati posisi teratas sebagai komoditas ekspor andalan Indonesia.

Dalam beberapa tahun terakhir, kata Erliza, Indonesia menjadi negara produser kelapa sawit terbesar di dunia dengan luas lahannya mencapai 7,5 juta hektare.

Gencarnya pengembangan perkebunanan kelapa sawit baik yang dilakukan pemerintah dan swasta maupun rakyat, semakin menguatkan posisi Indonesia sebagai negara eksportir sawit terbesar di dunia.

"Pada 2009 luas kebun sawit Indonesia telah mencapai 7,5 juta hektare dengan rata-rata pertumbuhan 6,2 persen," katanya.

Menurut Erliza, kelapa sawit kini menjadi komoditas pangan andalan Indonesia yang memberi sumbangan besar devisa bagi negara. "Kelapa sawit menyumbang 80 persen dari keseluruhan komoditas pangan ekspor andalan Indonesia," ujarnya.

Penerimaan devisa negara 2010-2015 dari komoditas sawit, tambah Erliza Hambali, merujuk data yang dikeluarkan Kadin, mencapai US$80 miliar.(Ins)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sawit Watch (SW)

Sawit Watch (SW) adalah jaringan organisasi non-pemerintah dan individu yang prihatin dengan makin meluasnya areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dan makin merebaknya konflik antara masyarakat dan kerusakan serta makin melajunya kerusakan hutan yang diakibatkan oleh pembangunan perkebunan sawit skala besar di Indonesia dan persoalan lingkungan lainnya. Organisasi ini didirikan untuk menahan laju ekspansi perkebunan Sawit skala besar di Indonesia.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ekspansi Sawit di Pasaman Barat

Ketika Sawit Watch (SW) menyoroti ekpansi besar-besaran 500.000 ha perkebunan kelapa sawit di Sumatera Barat, saya teringat kampung halaman saya di Pasaman Barat. Jangan-jangan kebun nanas ongku saya di Hutanagodang sudah jadi sawit, saya tidak bisa lagi menikmati manisnya salak Tampus, tak dapat lagi menanti durian jatuh di Tamiang. Wisata Sungai di Hulu Bonda tak ada lagi. Jangan-jangan…kuburan kakek saya juga sudah di sulap jadi sawit. Tahun depan saya harus segera pulang kampung untuk menikmati ini semua, sebelum menyesal ini tinggal kenangan.

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini kelapa sawit menjadi tanaman primadona bagi warga Pasaman Barat. Saat ini luas areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Pasaman Barat hampir mencapai 200.000 hektar berupa Perkebunan Besar Nasional, Perkebunan Besar Swasta Nasional, Perkebunan Rakyat dan Petani Pekebun. Tidak pernah dikaji dari dampak lingkungan yang ditimbulkan perkebunan kelapa sawit tersebut.


Sebanyak 19 perusahaan kelapa sawit di Pasaman Barat (Pasbar) tidak memperhatikan faktor lingkungan terutama Daerah Aliran Sungai (DAS), diungkap oleh PPH Dinas Kehutanan Pasaman Pasbar.

Pemupukan kelapa sawit di Pasaman Barat menggunakan pupuk kimia yang meracuni lingkungan. Pupuk-pupuk tersebat sebagian besar diimpor dari Malaysia. Apabila luasan kebun kelapa sawit di Pasaman Barat 200.000 ha, maka pupuk yang diberikan ke dalam tanah sebanyak 100.000 ton/th, yang akan meracuni tanah dan perairan.


Kartodiharjo dan Sunaryo (1991) menyatakan bahwa “sejarah perkembangan perkebunan di negara berkembang termasuk indonesia, tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan kolonialisme, kapitalisme dan modernisasi. Di negara-negara berkembang, pada umumnya perkebunan hadir sebagai perpanjangan dari perkembangan kapitalisme agraris barat yang diperkenalkan melalui sistem perekonomian pertanian komersial yang bercorak kolonial. Sistem yang di bawa oleh pemerintah kolonial atau yang didirikan oleh korporasi kapitalis asing itu pada dasarnya adalah sistem perkebunan eropa, yang berbeda dengan sistem kebun (garden sistem) yang telah lama berlaku di negara-negara berkembang pada masa pra-kolonial.

Dua model pengembangan perkebunan tersebut jelas terdapat perbedaan yang nyata. Istilah sistem kebun (garden sistem) sama dengan sistem hutan kerakyatan, wilayah kelola rakyat, atau istilah lokal yang mencerminkan tata kelola masyarakata adat/lokal diantaranya adalah parak di Sumatera. Sistem pertanian ini menyesuaiakan dengan kondisi alam, menunjukkan berbagai keanekaragaman tanaman.

Kebun-kebun Besar Kelapa Sawit, termasuk perkebunan yang dikembangkan dengan sifat komersial dan melayani pasar atau kebun besar. Identifikasi awal terhadap model pengembangan kebun besar dimulai ketika pemerintah kolonial Belanda mengenalkan kopi di bumi priangan (Jawa barat). Hal ini terjadi sebelum masa liberal. Pada masa inilah sebenarnya sedang dilakukan semacam ‘pilot project’ bagaimana membuat sistem perkebunan besar untuk melayani pasar di Eropa.

Saat ini indonesia sebagai negara yang memiliki luas kebun kelapa sawit terluas di dunia, yakni 7,8 juta ha. Hal ini dilakukan dengan menkonversi hutan-hutan dan kebun-kebun rakyat menjadi perkebunan kelapa sawit.

Luas kebun kelapa sawit di Sumatera Barat tahun 2008 seluas 310.281 ha dan rencana ekspansi 500.000ha (Sumber : Sawit Wtch, 2009). Perkebunan kelapa sawit sebagai saalah satu penyebab utama penggundulan hutan di indonesia, yang telah menghancurkan habitat spesies langka, termasuk Orang Utan dan Harimau Sumatera. Mekanisem pembakaran, yang digunakan pada pembukaan lahan dan pengeringan gambut untuk selanjutnya ditanami sawit, menhasilkan jutaan ton karbondioksida (CO2) dan membuat indonesia menjadi peng-emisi CO2 terbesar ketiga di dunia.

Tidak hanya hutan indonesia yang terancam karena kelapa sawit. Diperkirakan sekitar 60-90 juta orang di indonesia yang menggantungkan kehidupan mereka pada hutan akan kehilangan tanah karena ekspansi perkebunan kelapa sawit. Masyarakat tersebut telah mengelola tanah mereka dari generasi ke generasi, menanam tanaman pangan dan tanaman komersial, memanen bahan obat-obatan, dan memperoleh bahan bangunan dari hutan. Perkebunan kelapa sawit telah mentransformasikan tanah tersebut menjadi perkebunan monokultur, dan temuan di lapangan menunjukkan bahwa proses transformasi tersebut sangat merugikan masyarakat.

Dampak Sosial Ekspansi Perkebunan Sawit

Kelompok yang paling mengalami eksploitasi akibat ekspansi perkebunan sawit adalah masyarakat adat yang hidup di dalam atau sekitar hutan. Menurut Sawit Watch sedikitnya 50 – 100.000 ha tanah dan kebun masyarakat adat ini digusur paksa oleh perusahaan kelapa sawit secara sepihak. Sebagian kecil korban gusuran akan mendapat ganti rugi tanam-tumbuh saja, sedangkan sebagian besar korban lainnya tidak mendapatkan kompensasi apapun. Sedikitnya 20 masyarakat adat setiap tahunnya mesti berurusan dengan aparat kepolisian dan berujung pada hukuman tindak pidana akibat melakukan perlawanan untuk mempertahankan hak kelolanya.

Selain itu, petani plasma yang selalu dijadikan slogan sebagai mitra dari perusahaan kelapa sawit juga tak luput dari eksploitasi. Beragam model penghisapan yang dilakukan oleh perusahaan seperti penyerahan kebun kepada petani tidak tepat waktu, kualitas kebun plasma yang buruk dan tidak sesuai ukuran, jumlah utang dan bungan kredit yang dibebankan terlalu tinggi dan tidak transparan. Juga penyedian bibit, pupuk, pestisida dan lat-alat kerja lainnya dimonopoli oleh perusahaan induk atau mitranya, penentuan harga TBS secara sepihak oleh perusahaan induk, kenaikan jumlah beban kredit dan bunga utang untuk kebun replanting dan pola kemitraan baru dalam bentuk pengelolaan satu manajemen hanya akan semakin memiskinkan petani.

Dampak sosial lainnya adalah perampasan hak-hak kaum buruh di perkebunan kelapa sawit. Perlindungan dari kecelakaan kerja yang sangat minim, upah yang tidak layak, rentan terhadap segala bentuk pelecehan dan dari sekitar 3 juta orang buruh di kebun kelapa sawit saat ini 65% dari jumlah itu adalah buruh tanpa kontrak kerja.

Dampak Budaya

Kedatangan perkebunan kelapa sawit telah merubah tatanan kehidupan masyarakat dan menghancurkan budaya serta nilai-nilai kearifan lokal. Di beberapa kasus, lokasi-lokasi peninggalan kebudayaan yang cukup penting, termasuk makam nenek moyang, dihancurkan dan ditanam kelapa sawit. Aspek lain adalah kebudayaan masyarakat adat juga hilang.

Tradisi dan ritual yang telah menjadi bagian dari pratek pertanian didalam hutan Juga telah hilang, seringkali disebabkan oleh hilangnya sistus keramat yang telah dihancurkan. Akibatnya, Tradisi dan bahasa juga dilupakan. Kebudayaan masyarakat adat jarang sekali didokumentasikan secara tertulis dan apabila praktek kebudayaan tersebut telah mati maka semua unsur penting kebudayaan telah musnah hilang tanpa bekas.

Manisnya sawit di Pasaman Barat melenakan masyarakat akan racunnya, apa lagi yang akan diwariskan kepada cucu kemenakan nanti ? ….

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Harga Tbs Sawit Terbaru

Tujuan dari pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif Sedangkan pemupukan pada tanaman menghasilkan. Secara sistimatis pembangunan perkebunan kelapa sawit terbagi dalam tiga tahap utama, yakni 1)Tahap Investigasi Lahan dan Persiapan, 2)Tahap Pembangunan.

Harga Tbs Sawit Terbaru
. Indonesia merupakan salah satu penghasil komoditas kelapa sawit terbesar di dunia kebutuhan buah kelapa sawit meningkat tajam seiring dengan meningkatnya. Terimakasih kepada putra sigit yang telah memberikan award buat saya,, makasih mas atas pembdrian awardnya thnks shobat.

Tag:,1999:blog8002320584955991865 20110929t17:41:0099507:00 judul disertasi tesis skripsi hasil dan judul penelitian harga tbs sawit terbaru.

Harga Tbs Sawit Terbaru
. Kelapa sawit terdiri daripada dua spesies arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit kelapa sawit harga tbs sawit terbaru. ( dr ir radian, ms ) dosen fakultas pertanian universitas tanjung pura kelapa sawit adalah tanaman perkebunan penting di dunia yang dapat menghasilkan berbagai harga tbs sawit terbaru. Position paper kppu terhadap perkembangan perkebunan kelapa sawit bab i pendahuluan 11 latar belakang luas areal perkebunan sawit di indonesia terus bertumbuh dengan harga tbs sawit terbaru.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kerugian Kebun Sawit Akibat Salah Pemupukan

Indonesia merupakan salah satu penghasil komoditas kelapa sawit terbesar di dunia. Kebutuhan tandan buah kelapa sawit (TBS) akan seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan CPO (crude palm oil/CPO). Permintaan dan harga CPO, salah satunya seiring dengan meningkatnya harga minyak mentah, menjadikan CPO pilihan untuk bahan baku pembuatan bio energi ( bio ethanol) disamping adanya permintaan konvensional untuk produk turunan ( derivatif) lainnya ( sabun, kosmetik, minyak goreng).

Dengan demikian, peluang peningkatan produksi melalui perluasan kebun, peningkatan produktivitas/ Ha dan peningkatan industri pengolahan kelapa sawit (PKS) masih prospektif untuk memenuhi pasar dalam dan luar negeri. Upaya meningkatkan produktivitas dan daya saing agribisnis perkebunan kelapa sawit diantanya melalui penggunaan pupuk majemuk lengkap tablet formulasi Gramalet.
Namun, Kunjungan ke petani sawit di Taluk Kuantan Riau membuktikan dugaan selama ini kalau banyak beredar pupuk dibawah standar mutu. Akibatnya, kerugian pekebun ( sawit) ditunjukkan oleh kurusnya bagian atas pohon masa pertumbuhan 2 tahun terakhir ketika petani menggunakan pupuk dibawah mutu tersebut. Padahal pupuk memegang peranan penting bagi suksesnya target produksi dan pencapaian mutu hasil tanaman yang diusahakan. Bagi petani, pekebun dan perkebunan, pupuk adalah bahan pokok, jika mengingat biaya pemupukan dan belanja pupuk bisa mencapai 30 % dari total biaya operasional suatu kegiatan usaha tani. Apalagi bagi perkebunan sawit, biaya pupuk dan pemupukan mencapai 60 % dari total biaya operasional kebun. Kesalahan ketika pengadaan pupuk, khususnya ketidaksesuaian jenis dan jumlah kandungan masing-masing unsur hara antara rencana dan kenyataan, bisa berakibat kerugian material, khususnya penyimpangan target produksi dan mutu dari rencana. Padahal, tanaman yang telah dipupuk dengan jenis atau jumlah kandungan hara salah atau lebih rendah dari seharusnya, telah memiliki nilai mahal dan dibudidayakan lama dengan biaya yang mahal.

Keadaan kebun rusak masih bisa ditolong dengan pemberian dosis pupuk tablet Gramalet yg mengandung NPK, Mg/ Kieserite, Bo (Borat) dan unsur mikro lainnya pada dosis cukup. Perbaikan kebun dan tanaman sawit yang telah 2 tahun salah atau tidak dipupuk - sebagaimana terjadi pada kebun sawit petani di Taluk Kuantan ini- adalah dengan pemberian dosis Gramalet sawit pada 150 % dosis normal. Misal pd TM 5 ( usia 10 tahun) diberikan 3 sd 4,5 kg per pohon per tahun. Guna perbaikan vegetatif, disarankan penggunaan pupuk tablet Gramalet Sawit dengan komposisi formula Nitrogen dan MgO tinggi agar terjadi proses penimbunan bagi perbaikan batang dan daun.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Melirik Perkembangan Industri Kelapa Sawit Indonesia

Banyak hal yang bisa kita cermati dari kegiatan “Gelar Teknologi Industri Kelapa Sawit” yang diadakan di BPP Teknologi pada tanggal 18-19 Juli 2007. Bagi orang yang tidak berkecimpung dalam penelitian maupun bisnis kelapa sawit, sambutan dan paparan dari beberapa keynote speaker saja sudah mampu memberikan gambaran betapa menariknya industri kelapa sawit ini.


Berdasarkan data tahun 2006, Indonesia telah menjadi negara penghasil CPO terbesar di dunia dengan total produksi sekitar 16 juta ton. Sementara negara tetangga kita Malaysia yang selama ini berada pada posisi no.1, saat ini berada pada posisi ke-2 dengan total produksi sebesar 15.8 juta ton (sumber: pidato sambutan kepala BPP Teknologi & berkas sambutan menteri perindustrian RI). Yang menarik dari data ini adalah, ternyata Indonesia mampu menjadi negara penghasil CPO nomor 1 di dunia 4 tahun lebih cepat dari prediksi sebelumnya, di mana Indonesia diperkirakan baru akan menjadi produsen CPO terbesar di dunia pada tahun 2010 (sumber: berkas pidato menteri riset dan teknologi, presentasi deputi kepala BPPT bidang teknologi informasi, industri dan material).

Dengan besarnya produksi CPO yang mampu dihasilkan, tentunya hal ini berdampak positif bagi perekenomian Indonesia, baik dari segi kontribusinya terhadap pendapatan negara, maupun besarnya tenaga kerja yang terserap di sektor industri ini yang mencapai 8.5 juta orang (sumber: berkas sambutan menteri negara riset dan teknologi). Sektor ini juga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar perkebunan sawit, di mana presentase penduduk miskin di areal ini kurang dari 6%, jauh lebih rendah dari angka penduduk miskin nasional sebesar 17% (sumber : berkas sambutan menteri negara riset dan teknologi). Boleh dibilang, industri kelapa sawit ini dapat diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional.

Di balik prestasi di atas, sederet permasalahan masih membelit industri ini. Agaknya, jika sebahagian permasalahan saja bisa diatasi, Indonesia akan mampu memperoleh devisa jauh lebih besar daripada yang dapat kita nikmati saat ini. Salah satu permasalahan utamanya adalah masih rendahnya muatan teknologi yang mampu diterapkan, sehingga mayoritas devisa dari industri ini berasal dari industri hulunya. Padahal, nilai tambah terbasar justru terdapat pada industri hilirnya. Sangat banyak produk turunan yang bisa dihasilkan dari kelapa sawit. Industri ban, emulsifier, kertas, makanan dan minuman, personal care, kaca filem, bahan peledak, sampai kepada bahan bakar. Hanya saja, seperti industri oleo kimia, pertumbuhannya relatif stagnan (Marzan,2007). Sementara, industri biofuel yang sudah dipagari dengan instruksi presiden no.1 tahun 2006, juga menuai banyak kendala.

Beberapa langkah strategis telah dilakukan seluruh elemen masyarakat dalam merespon naiknya harga minyak dunia dan turunnya produksi migas Indonesia. Kuatnya keinginan Indonesia untuk mencari energi alternatif pengganti minyak bumi, merupakan upaya yang patut diacungkan jempol. Ini adalah sebuah upaya yang menurut hemat penulis, akan menjadi solusi jangka panjang yang sangat baik. Produk biofuel yang dapat dibuat dari kelapa sawit, pohon jarak, tebu, dan lain-lain, telah direspon oleh Pertamina dengan produknya Biosolar dan Biopremium yang merupakan campuran antara biofuel dengan solar atau premium. Agaknya, turunnya harga minyak dunia telah menyurutkan kembali keinginan negara kita untuk melirik biofuel sebagai energi alternatif. Tidak dapat dipungkiri bahwa biaya produksi biofuel ini masih tinggi. Pertamina sendiri telah menanggung kerugian yang cukup besar untuk mensubsidi produk bahan bakar dengan kandungan 5% biofuel tersebut. Bahkan, Pertamina mulai menurunkan kandungan biofuel menjadi 3% untuk menekan kerugian. Akan tetapi, tumbuhnya beberapa bentuk usaha yang terkait dengan industri biofuel ini juga tidak bisa dibiarkan mati begitu saja. Perlu adanya kesungguhan untuk mengawal instruksi presiden di atas.

Tingginya harga CPO dunia, ternyata juga menuai masalah di dalam negeri. Seperti yang kita sama-sama ketahui, terjadi kelangkaan pasokan minyak goreng di dalam negeri, karena nilai ekspornya yang sedemikian menggoda. Belum lagi permasalahan-permasalahan lain yang juga menyertai keberadaan kelapa sawit ini, seperti kritikan ahli lingkungan dan dunia internasional terhadap banyaknya hutan tropis yang dibuka untuk lahan perkebunan kelapa sawit.

Terlepas dari adanya dampak negatif yang mengiringi tumbuhnya industri kelapa sawit ini, namun kita bisa berharap dari besarnya pertumbuhan industri ini. Bnanyak hal yang sempat dibicarakan oleh para pembicara di seminar ini agar produk kelapa sawit ini lebih kompetitif, dan mampu merespon isu-isu lingkungan. Solusi ini menyangkut industri hulu sampai hilir, serta dukungan dari pemerintah dalam bentuk kebijakan. Beberapa hal penting yang perlu dicermati adalah

1. Peningkatan aktivitas penelitian pada teknologi pembibitan supaya kita mampu menghasilkan bibit kelapa sawit yang unggul dan mampu memenuhi kebutuhan pasokan bibit kelapa sawit Indonesia. Tanpa perlu melirik pasar ekspor bibit kelapa sawit, kebutuhan dalam negeripun sudah sangat banyak. Negara seperti Malaysia dan Thailand yang memiliki kemampuan teknologi pembibitan lebih baik, serta keterbatasan perluasan lahan untuk perkebunan kelapa sawit, tentu akan melirik Indonesia sebagai negara yagn akan membutuhkan bibit kelapa sawit dalam jumlah banyak, seiring dengan rencana peluasan lahan kelapa sawit ke pulau kalimantan dan papua. Dengan mampunya kita memenuhi kebutuhan lokal, dua keuntungan akan mampu kita peroleh, yaitu tidak tergantungnya kita akan pasokan bibit dari luar, dan terbukanya lahan pekerjaan bagi para petani maupun para peneliti di bidang pertanian.

2. Masih terkait dengan point 1, produk kelapa sawit yang dihasilkan dari bibit yang berkwalitas, akan mampu meningkatkan produk cpo per satuan luasnya. Dengan demikian, strategi intensifikasi bisa kita jadikan solusi daripada strategi ekstensifikasi yang memiliki dampak berkurangnya hutan tropis kita.

3. Nilai tambah. Hal yang juga banyak dibahas oleh para pembicara adalah masih rendahnya kemampuan kita dalam meingkatkan nilai tambah melalui industri hilir. Dengan baiknya prospek industri kelapa sawit kita, dan besarnya dukungan dari pemerintah maupun perbankan, maka kita telah memiliki cukup modal untuk mengembangkan industri hilir kita. Sudah saatnya kita mulai memfokuskan diri kepada industri hilir ini, karena ini akan bisa menjadi multiplier efect bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sejalan dengan strategi pembangunan kita kepada industri dengan nilai tambah yang tinggi dan industri jasa.

4. Peningkatan pelayanan bagi proses perijinan, penghapusan pungutan dan perbaikan fasilitas seperti pelabuhan ekspor. Perbaikan pada bidang ini akan mampu menurunkan biaya produksi, menambah tingginya keuntungan dan semakin tersedianya dana untuk penelitian dan pengembangan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Indonesia dan Malaysia Kampanye Pro-Kelapa Sawit

Indonesia dan Malaysia mengampanyekan pro-kelapa sawit di Eropa, dengan mengadakan pertemuan segitiga dengan anggota Parlemen Eropa di Brussel, baru-baru ini. Selama ini, perkebunan kelapa sawit dituding merusak lingkungan dan mengikis jumlah orangutan.

Konferensi bertema "The Road Ahead for Sustainable Palm Oil" itu digelar Dewan Palm Oil Malaysia dan Institute Asian Strategis and Leadership Malaysian palm Oil Council. Dalam acara itu, Indonesia diwakili Menteri Pertanian Anton Apriyantono, sedangkan Malaysia diwakili Menteri Industri Perladangan dan Komoditi Malaysia Datuk Peter Chin.

"Kami merasa, banyak sekali hal yang dirasakan negatif mengenai minyak kelapa sawit," kata Anton.

Selain berkampanye di Brussel, rombongan kedua negara juga mengunjungi Den Haag dan mengelar konperensi dunia bertema "World Sustainable Palm Oil Conference" di London. "Bagi Indonesia dan Malaysia, minyak kelapa sawit banyak keuntungannya dan menjadi komoditi yang sangat penting," kata Anton.

Menurut Anton, Indonesia dan Malaysia merupakan pemasok minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Khusus ke Eropa, katanya, pasokan kedua negara mencapai 85 persen.

"Pada 2007, produksi minyak kelapa sawit di Indonesia 16,9 juta ton dan Malaysia 15,82 juta ton," kata Anton. "Selain itu, lebih dari lima juta tenaga kerja terlibat di perkebunan kelapa sawit mulai menanam, mengelola, sampai memasyarakatkan."

Terkait tudingan berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat tentang perusakan lingkungan, Anton menilainya sebagai kesalahpahaman. Termasuk, argumentasi total lahan atau daratan 190 juta hektar yang 130 hektar merupakan areal hutan.

"Dari 130 juta hektar areal hutan itu, sekitar 86 juta hektar masih utuh dan sisanya sudah tidak utuh lagi dan itu disebabkan ilegal loging," kata Anton. "Areal pertanian masih di bawah 40 juta hektar, sementara kelapa sawit hanya menempati areal sebesar 6,3 juta hektar, dan bila dibandingkan sangat jauh pengunaan areal pertanian."

Menurut Anton, Departemen Pertanian sangat konsen dengan koservasi hutan dan mendedikasikan 32,6 juta hektar sebagai hutan lindung orangutan dan hutan konservasi. "Jadi, tidak benar isu deforestasi itu dan mungkin ada juga unsur persaingan," katanya.

Selain itu, Anton menilai, tidak ada peraturan di Indonesia yang melarang pembukaan hutan untuk menanam kelapa sawit. Kecuali, katanya, hutan konversi yang memang didedikasikan untuk pertanian.

Untuk itu, selama setahun ini Malaysia dan Indonesia giat mengampanye pro-kelapa sawit ke beberapa negara, institusi, dan berdialog dengan pengusaha, untuk menjelaskan duduk perkara yang sesungguhnya. Pekan lalu, Indonesia dan Malaysia mengeluarkan Komunike Bersama berisi sanggahan terhadap kampanye negatif soal kelapa sawit, yang dianggap hanya berdasar data sekunder dan tidak berdasar studi ilmiah.

Kedua negara juga mendesak Parlemen Eropa untuk mau mendengar sikap Indonesia dan Malaysia. "Misi yang diharapkan akan membawa manfaat bagi kedua negara," kata Menteri Industri Perladangan dan Komoditi Malaysia Datuk Peter Chin.

Sementara itu Duta Besar RI untuk Kerajaan Inggeris Raya dan Republik Irlandia, Yuri Octavian Thamrin, mengatakan konperensi dunia mengenai kelanjutan kelapa sawit ini merupakan forum yang baik untuk mengklarifikasi salah pengertian mengenai CPO. Ia berharap, forum yang dihadiri lebih dari 500 peserta dari berbagai kalangan itu akan dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan seluruh masalah secara kooperatif.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mengelola Posisi Produsen Minyak Sawit Terbesar Dunia Secara Berkelanjutan

Oleh : Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, MEc Sejak tahun 2007 yang lalu, Indonesia telah berhasil menjadi produsen minyak sawit (CPO) terbesar di dunia. Dengan produksi 17 juta ton waktu itu. Indonesia menguasai pangsa 44 persen CPO dunia, mengungguli Malaysia dengan pangsa 41 persen. Pada saat yang sama, juga sedang terjadi perubahan pangsa CPO dalam pasar minyak nabati dunia. Minyak kedelai yang hampir 100 tahun menguasai pasar minyak nabati dunia, digeser minyak sawit. Sekitar 33 persen produksi minyak nabati dunia tahun 2007 bersumber dari minyak sawit, sementara pangsa minyak kedelai sekitar 29 persen berada pada urutan kedua. Keberhasilan menjadi produsen CPO terbesar, jelas membanggakan sekaligus memiliki tantangan baru. Membanggakan, karena saat ini hanya kelapa sawit yang berhasil mencapai prestasi tingkat dunia dan membuat Indonesia dikenal secara Internasional. Dan prestasi yang demikian dihasilkan dari kerja keras Indonesia khususnya dalam 100 tahun terakhir, yang merupakan kolaborasi produktif antar perkebunan rakyat, perusahaan Negara dan perusahaan swasta asing dan domestik. Prestasi tersebut melahirkan tantangan baru yakni bagaimana mempertahankannya sekaligus meningkatkan kualitas prestasi (naik kelas) secara berkelanjutan. Berhasil menjadi produsen CPO terbesar dunia masih lebih mudah (meskipun sulit) daripada menjadi produsen CPO terbesar dunia yang berhasil. Kinerja menjadi produsen CPO terbesar yang berhasil apalagi ingin naik kelas secara berkelanjutan memerlukan seni tersendiri, paradigma baru, strategi dan kebijakan baru serta budaya baru. Hal ini perlu diingatkan mengingat pengalaman kita di masa lalu membuktikan bahwa banyak komoditas yang berhasil menjadi salah satu produsen terbesar (rempah-rempah, gula, kayu, udang, karet) namun bukan hanya gagal dipertahankan, sebagian malah berubah menjadi importer, karena gagal tukar gigi paradigma, kebijakan dan budaya. Pengalaman tersebut hendaknya tidak terulang lagi dalam minyak sawit ke depan. Paradigma dan Strategi Baru Keberhasilan peningkatan produksi CPO sehingga meraih produsen terbesar dunia, sebagian besar disumbang oleh peningkatan luas areal kebun sawit. Sekitar 80 persen peningkatan produksi CPO selama ini diberhasilkan dari peningkatan luas areal, sedangkan 20 persen sisanya disumbang peningkatan produktivitas.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Batola Kembangkan Sistem Pertanian Sawit Dupa

Kalimantan Selatan-BANJARMASIN, (kalimantan-news) - Kabupaten Barito Kuala (Batola) berupaya mengembangkan sistem pertanian Sawit Dupa (satu kali mewiwit dua kali panen) untuk meningkatkan kesejahteraan petani daerah tersebut.

Bupati Barito Kuala Hasanudin Murad di Banjarmasin, Senin (27/12/2010), mengatakan, Batola merupakan wilayah yang memiliki potensi pertanian cukup besar dan menjadi salah satu dari tiga daerah pengembangan sistem Sawit Dupa.

Sawit Dupa adalah sistem usahatani padi dengan indeks pertanaman (IP) 180 persen, yaitu penanaman pada varietas unggul pada saat pelaksanaan ampak/lacak pada varietas lokal.

Potensi untuk Sawit Dupa di Batola sebanyak 110.101 hektare dan yang sudah ditanami 93.050 hektare dan sisanya 17.051 hektare belum tanam.

Selain Batola masih ada dua kabupaten di Kalsel yang menerapkan sistem sama, yakni Kabupaten Banjar seluas 46.628 hektare dan telah ditanam 42.226 dan Tanah Laut seluas 31.245 hektare dan yang sudah ditanam 19.635 hektare.

Sementara itu, kata dia, produksi padi Barito Kuala selama 2010 turun sekitar 7 ribu ton akibat cuaca ekstrem yang terjadi sepanjang tahun dan sebagian akibat alihfungsi lahan.

Pada 2009 produksi padi Batola sebanyak 317 ribu ton dan pada 2010 hanya 310 ribu ton, sehingga terjadi penurunan sekitar 10 ribu ton.

Penurunan produksi padi tersebut terjadi karena sebagian lahan pertanian yang merupakan lahan rawa terendam banjir cukup lama, sehingga petani tidak bisa menanam.

Kondisi tersebut, kata dia, cukup mengkhawatirkan karena bila tidak segera ditangani dengan baik beberapa kecamatan akan terancam rawan pangan.

Beberapa kecamatan tersebut antara lain, Kecamatan Jejangkit, Mandastana dan beberapa kecamatan yang lahan pertaniannya berada di lahan rawa.

Selain terendam banjir, kata Bupati, beberapa lokasi pertanian kini juga tergerus oleh alihfungsi lahan menjadi kawasan permukiman atau perumahan dan perkebunan.

"Alihfungsi lahan tersebut antara lain di wilayah Alalak dan perbatasan wilayah dengan Kalimantan Tengah," katanya.

Ke depan kata dia, pihaknya akan menyiapkan peraturan daerah untuk menahan laju alihfungsi lahan tersebut selain juga melakukan revitalisasi lahan pertanian.

Kabupaten Batola merupakan salah satu daerah penyangga pangan Kalsel, karena memiliki lahan pertanian paling luas dengan potensi cukup besar

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Investasi Kebun Sawit di Papua Terus Meningkat

Hutan Papua jadi sasaran utama pembukaan perkebunan kelapa sawit Indonesia. Pembukaan perkebunan kelapa sawit diharapkan membuka lapangan pekerjaan baru bagi 80 persen kepala keluarga miskin di Papua.

PADA 1996, pemerintah mencanangkan rencana untuk menjadikan negara Indonesia sebagai penghasil dan eksportir minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Wujud dari rencana itu terlihat dari melonjaknya luas perkebunan kelapa sawit menjadi dua kali lipat, yaitu dari 2,3 juta hektar pada 1996 menjadi 5,5 juta hektar pada 2000, dan menjadi 7,4 juta hektar pada 2010.

Ketersediaan lahan untuk perkebunan terbatas dan dengan alasan pembukaan isolasi daerah, maka ekspansi pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit yang semula hanya dipusatkan di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, kini Papua menjadi sasaran untuk investasi pembukaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Dari semua target yang direncanakan, separuh dari luasan perkebunan kelapa sawit ini dialokasikan untuk perusahaan perkebunan swasta asing. Menurut laporan Studi Regional Physical Planning Project for Transmigration yang dikeluarkan pada 1985 bahwa kebijakan perluasan perkebunan kelapa sawit tersebut telah mendorong departemen teknis terkait untuk mengalokasikan lahan kebun sawit bagi pihak swasta untuk mengusahakannya.

Laporan tersebut menyajikan sistem lahan beserta interpretasi kesesuaiannya untuk berbagai tipe penggunaan lahan, termasuk kelapa sawit. Pada kenyataannya, wilayah yang diusulkan pemerintah untuk pengembangan kelapa sawit berdasar sistem lahan tersebut menjadi sangat luas, dan jauh melebihi target yang ditentukan.

Pada 1997, dari sekira 8,4 juta hektar kawasan hutan yang diusulkan untuk dikonversi, 6,8 juta hektar diantaranya sudah dilepaskan. Hingga 2000, terdapat 77 perusahaan yang berminat menanamkan investasi di Papua. Menurut Dinas Kehutanan Provinsi Papua pada 2005 lalu, bahwa lahan-lahan yang dicadangkan untuk perkebunan di wilayah Provinsi Papua mencapai lebih dari 2.2 juta hektar. Yaitu lahan yang diusulkan investor. Lahan tersebut berada seluruhnya dalam wilayah kawasan hutan, baik kawasan hutan produksi tetap maupun kawasan hutan produksi konversi.

Agus Andrianto yang menjadi salah satu pemateri dalam lokakarya Investasi Sektor Kehutanan dan Perkebunan di Tanah Papua dalam Implementasi Pembangunan Rendah Karbon di Jayapura, 11-12 Oktober 2011 lalu mengatakan pencadangan areal di Kabupaten Merauke pada 2000 – sebelum adanya pemekaran Kabupaten: Boven Digoel, Mappi dan Asmat, mencapai 460.000 hektar yang dialokasikan untuk 12 perusahaan.

Namun, dari 12 perusahaan tersebut, hanya PT. Tunas Sawa Erma yang merealisasikan pembangunan perkebunan, sedangkan perusahaan lainnya belum merealisasikan kegiatan di lapangan sampai saat ini, meskipun sudah mendapat izin pelepasan kawasan hutan dari Departemen Kehutanan Republik Indonesia.

Minat investasi di bidang perkebunan di wilayah Papua yang diperkirakan akan meningkat di masa mendatang. Namun, fenomena tersebut ternyata belum diimbangi dengan tersedianya informasi yang memadai tentang bagaimana lahan diperoleh dan bagaimana dampak perkebunan kelapa sawit terhadap hutan dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.

“Informasi yang akurat diperlukan, bukan saja sebagai bahan diskusi di tengah gencarnya sorotan dan tuntutan dunia internasional terhadap pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan, khususnya di wilayah terpencil seperti Papua, tetapi juga menjadi bahan masukan bagi para pengambil keputusan dalam menetapkan kebijakan terkait”, ujar Agus.

Sementara di tingkat regional, sudah banyak analisis mengenai dampak pengembangan perkebunan kelapa sawit. Misalnya terkait dengan migrasi tenaga kerja dan pengelolaan perkebunan, adalah penting untuk mengkaji studi kasus di tingkat lokal di Papua agar lebih ada pemahaman tentang secara khusus menganalisis bagaimana: 1) proses perolehan lahan telah dilakukan. 2) perubahan tutupan hutan. 3) dampak-dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang timbul.

Agus Andrianto dan sembilan teman lainnya melakukan penelitian mengenai dampak pembukaan perkebunan kelapa sawit bagi kehidupan masyarakat lokal bekerja sama dengan Dinas Kehutanan dan Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel dengan Center for International Forestry Research (CIFOR), yang didanai oleh Catholic Organisation for Relief and Development Aid (CORDAID) dan European Commission bahwa kehadiran perusahaan perkebunan kelapa sawit di Boven Digoel menyerap tenaga kerja sebanyak 3.398 orang, terdiri dari 1.447 karyawan perusahaan dan 1.951 tenaga kerja lepas yang direkrut oleh ketua tim (April 2010).

“Ini berarti bahwa rasio penyerapan tenaga kerja di perkebunan sawit di Boven Digoel sebesar 0,2 pekerja perhektar. Karyawan perusahaan menempati posisi staf administrasi kantor, pengamanan, operator alat, mekanik, checker dan mandor. Pekerja berstatus karyawan dari Suku Papua berjumlah 248 orang 17 persen dari total karyawan. Pekerja lepas menempati jenis pekerjaan pemeliharaan, perawatan, dan pemanenan”, jelas Agus.

Pekerja lepas asal Suku Papua diperkirakan berjumlah kurang dari 200 orang atau sekira 10 persen dari total pekerja lepas. Untuk membangun perkebunan ini direkrut tenaga kerja dalam jumlah besar yang didatangkan dari berbagai lokasi transmigrasi di Kabupaten Merauke, juga mantan pekerja pada HPH yang sudah tidak lagi beroperasi.

Selain tenaga kerja yang sudah ada di Papua, perusahaan juga merekrut tenaga kerja yang berasal dari Sulawesi, Jawa, Maluku dan Nusa Tenggara. Jumlah total pekerja pendatang pada 2010 diperkirakan mencapai lebih dari 3.200 orang, atau sekira 89 persen dari seluruh pekerja.

Tenaga kerja yang direkrut dari luar Papua, biaya transportasi dari tempat asal hingga ke lokasi perkebunan tidak ditanggung oleh perusahaan. Sedangkan untuk biaya hidup selama mereka belum mendapat gaji boleh berhutang di kantin dan kemudian akan dipotong pada saat gajian atau menerima upah.

Agus Andrianto mengatakan perusahaan juga memberikan tambahan gaji yang besarnya dihitung berdasarkan premi dan lembur. Uang tunjangan hari raya (THR), premi dan lembur yang diterima karyawan besarnya disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan masa kerjanya. Total gaji tersebut kemudian dipotong hutang bahan makanan, pajak, jamsostek, dan iuran Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). Hal yang sama terjadi untuk pekerja lepas. Upah bulanan yg diterima akan dipotong sesuai penggunaan bahan makanan yang diambil di bagian logistik, dan kemudian dipotong pajak.

“Pekerja lepas harus memiliki alat kerja lapangan sendiri. Terbatasnya upah bulanan yang tersisa menjelaskan kenapa hanya sekitar separuh dari responden yang merasakan peningkatan konsumsi dan daya beli, dan hanya seperlima yang mampu menginvestasikan dana pada aktivitas ekonomi lainnya”.

Dampak dari rentang lama bekerja pada perkebunan kelapa sawit adalah terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada penghidupan bagi buruh dengan masa kerja dari 1-5 tahun sampai 6-10 tahun, tetapi kemudian penilaian tersebut turun drastis pada masa kerja berikutnya (11-15 tahun). Hal ini karena, setelah bekerja hampir 15 tahun, tenaga mereka sudah mulai berkurang yang berakibat turunnya penghasilan.

“Padahal saat itu mereka sadar bahwa penghasilan yang mereka peroleh belum cukup untuk membeli rumah atau modal untuk usaha lainnya. Hampir sebagian besar pekerja mengatakan bahwa mereka tidak dapat menggantungkan masa depan dengan hanya bekerja sebagai buruh borongan di perkebunan kelapa sawit. Jika mereka tetap bekerja dan bertahan, itu karena mereka belum mempunyai alternatif pekerjaan yang lebih baik”, Agus Andrianto.

Boven Digoel, merupakan kabupaten pemekaran baru dari Kabupaten Merauke, melalui UU RI Nomor 26 Tahun 2002. Saat dimekarkan pada 2002, Kabupaten Boven Digoel memiliki luas wilayah 26. 838 kilometer persegi. Berdasarkan sensus 2010, penduduk Kabupaten Boven Digoel sebanyak 55.822 jiwa. Dari jumlah itu, sebanyak 19.922 jiwa berada di wilayah Distrik Jair, yang menjadi areal perkebunan kelapa sawit. Sejak 2008, Boven Digoel terbagi ke dalam 20 kecamatan dengan 112 kampung.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MENGELOLA POSISI PRODUSEN MINYAK SAWIT TERBESAR DUNIA SECARA BERKELANJUTAN

Sejak tahun 2007 yang lalu, Indonesia telah berhasil menjadi produsen minyak sawit (CPO) terbesar di dunia. Dengan produksi 17 juta ton waktu itu. Indonesia menguasai pangsa 44 persen cpo dunia, mengungguli Malaysia dengan pangsa 41 persen.

Pada saat yang sama, juga sedang terjadi perubahan pangsa CPO dalam pasar minyak nabati dunia. Minyak kedele yang hampir 100 tahun menguasai pasar minyak nabati dunia, digeser minyak sawit. Sekitar 33 persen produksi minyak nabati dunia tahun 2007 bersumber dari minyak sawit, sementara pangsa minyak kedele sekitar 29 persen berada pada urutan kedua.

Keberhasilan menjadi produsen CPO terbesar, jelas membanggakan sekaligus memiliki tantangan baru. Membanggakan, karena saat ini hanya kelapa sawit yang berhasil mencapai prestasi tingkat dunia dan membuat Indonesia dikenal secara Internasional. Dan prestasi yang demikian dihasilkan dari kerja keras Indonesia khususnya dalam 100 tahun terakhir, yang merupakan kolaborasi produktif antar perkebunan rakyat, perusahaan Negara dan perusahaan swasta asing dan domestik.

Prestasi tersebut melahirkan tantangan baru yakni bagaimana mempertahankannya sekaligus meningkatkan kualitas prestasi (naik kelas) secara berkelanjutan. Berhasil menjadi produsen CPO terbesar dunia masih lebih mudah (meskipun) sulit) daripada menjadi produsen CPO terbesar dunia yang berhasil. Kinerja menjadi produsen CPO terbesar yang berhasil apalagi ingin naik kelas secara berkelanjutan memerlukan seni tersendiri, paradigm baru, strategi dan kebijakan baru serta budaya baru. Hal ini perlu diingatkan mengingat pengalaman kita dimasa lalu membuktikan bahwa banyak komoditas yang berhasil menjadi salah satu produsen terbesar (rempah-rempah, gula, kayu, udang, karet) namun bukan hanya gagal dipertahankan, sebagian malah berubah menjadi importer, karena gagal “tukar gigi” paradigm, kebijakan dan budaya. Pengalaman tersebut hendaknya tidak terulang lagi dalam minyak sawit kedepan.

Paradigma dan Strategi Baru

Keberhasilan peningkatan produksi CPO sehingga meraih produsen terbesar dunia, sebagian besar disumbang oleh peningkatan luas areal kebun sawit. Sekitar 80 persen peningkatan produksi CPO selama ini diberhasilkan dari peningkatan luas areal, sedangkan 20 persen sisanya disumbang peningkatan produktivitas.

Untuk mempertahankan produksi CPO terbesar dunia secara berkelanjutan, peningkatan produksi CPO melalui cara memperluas areal kebun sudah sangat terbatas, khusunya akibat ketersediaan lahan yang makin terbatas. Secara teknologi memang masih terbuka untuk memperluas ke daerah daratan yang lebih tinggi, namun keseimbangan penggunaan lahan (land use) antar komoditas dan antar sector yang harmonis, perlu dipertimbangkan. Selain itu, cara peningkatan produksi CPO dengan perluasan areal, akan semakin beresiko khususnya akibat anomaly iklim (perubahan iklim) yang makin tidak bersahabat di masa yang akan datang.

Cara yang paling efektif dan efisien untuk meningkatkan produksi CPO ke depan adalah melalui peningkatan produktifitas per hektar kebun yang ada (existing area). Ruang gerak kreatifitas untuk meningkatkan produktifitas masih terbuka luas ke depan. Pada tahun 2010 (Ditjen Perkebunan, 2010) produktifitas kebun sawit Indonesia saat ini masih relative rendah yakni 3,4 ton CPO / Ha (perkebunan rakyat) dan 4 ton CPO / Ha (perusahaan perkebunan), atau baru mencapai sekitar 50 persen dari potensi varietas Kelapa Sawit yang ada.

Dengan perkataan lain, untuk mempertahankan sebagai produsen CPO terbesar dunia secara berkelanjutan ke depan, paradigma yang selama ini yang “mengejar” lahan, perlu dirubah dan naik kelas menjadi paradigma mengejar produktifitas. Dengan paradigma baru tersebut, dengan luas areal kebun sawit saat ini 8 juta hektar Indonesia akan dapat menghasilkan CPO sebesar 60 juta ton dimasa yang akan dating. Dalam kaitan dengan hal ini, inisiatif GAPKI Sumatera Utara yang mencanangkan program 35-26 (produktivitas TBS 35 ton / ha, rendemen 26 persen) dalam rangka 100 tahun Perkebunan Kelapa Sawit, merupakan program yang on the right tract. Program 35-26 tersebut perlu segera diimplementasi pada level kebun baik perusahaan perkebunan maupun perkebunan rakyat.

Simultan dengan strategi peningkatan produktivitas tersebut, untuk naik kelas menjadi pemain global pasar minyak sawit dunia, jangan hanya puas menjadi produsen cpo terbesar (seller’s market), melainkan harus merebut pasar produk minyak sawit (buyer’s market). Untuk itu, perlu percepatan pendalaman industri (deepening industry) baik kehulu (UP stream), ke hilir (down-stream), dan jasa (sevice for agribusiness) kelapa sawit. Kita perlu merubah paradigma dari hanya membangun perkebunan kelapa sawit (on-farm) kepada paradigm baru yakni membangun agribisnis minyak sawit.

Pendalaman ke hulu yakni mengembangkan industri pembibitan, industri pupuk dan pestisida, industri alat dan mesin sangat diperlukan baik untuk mendukung peningkatan produktivitas maupun untuk menjamin kelanjutan agribisnis minyak sawit khususnya membangun kemampuan dan kecepatan merespon perubahan pasar dan iklim ke depan. Perubahan tehnologi (inovasi) sebagai sumber pertumbuhan cpo akan lebih banyak bersumber dari agribisnis hulu tersebut.

Pendalaman ke hilir (down-stream agribusiness) perlu dipercepat untuk mengolah cpo menjadi produk-produk setengah jadi (semi-finish) maupun produk jadi (finish product). Indonesia jangan hanya puas menjadi produsen terbesar bahan mentah (seller’s market) tetapi harus merebut menjadi produsen terbesar produk-produk minyak sawit (buyer’s market). Selain untuk merebut nilai tambah yang besar pada agribisnis hilir, pendalaman ke hilir tersebut juga untuk menyelamatkan produksi cpo sekaligus mengembangkan kemampuan merespons perubahan pasar secara berkelanjutan.

Pendalaman kehulu, kehilir dan peningkatan produktivitas pada on-farm tersebut hanya akan berhasil secara berkesinambungan bila pengembangan penyedia jasa (service for agribusiness) dilakukan secara simultan. Pengembangansistem logistik (transportasi, pelabuhan), perdagangan domestik dan internasional infrastruktur, R & D, peningkatan SDM, kebijakan tata ruang, kepastian hukum, keamanan dan lain-lain sangat diperlukan. Sumber pertumbuhan yang berkelanjutan juga akan lahir dari penyedia jasa ini.

Asosiasi agribisnis minyak sawit seperti GAPKI, APKSINDO, APOLIN, dan lain-lain perlu diperkuat dan memiliki focus masing-masing. Asosiasi tersebut jangan terkotak-kotak, rebutan kavling, berorientasi jangka pendek melainkan hendaklah berfikir dan berilaku integrative, berjangka panjang, kreatif dan kerjasama. Asosiasi harus menjadi bagian dari solusi bukan bagian dari masalah.

APKSINDO ke depan perlu lebih diperkuat dan menjadi solusi bagi masalah yang dihadapi perkebunan rakyat. Kedepan, dengan kecenderungan perkembangan perkebunan kelapa sawit khususnya dalam 10 tahun terakhir, perkebunan rakyat akan menjadi pemain utama dalam on-farm. Oleh sebab itu APKSINDO sebagai organisasi collective action perkebunan rakyat akan memainkan peran penting khususnya dalam mempercepat peningkatan produktivitas secara kolektif.

Dukungan Kebijakan Pemerintah

Keberhasilan Indonesia menjadi produsen cpo terbesar dunia, selain keberhasilan pelaku perkebunan sawit juga keberhasilan pemerintah. Setelah berhasil mengantar perkebunan sawit menjadi produsen cpo terbesar dunia, tugas pemerintah berikutnya adalah memfasilitasi, mempromosikan, menciptakan iklim kondusif agar perkebunan sawit kita berhasil menjadi pemain global secara berkesinambungan.

Mengingat perkebunan sawit melibatkan 40 persen perkebunan rakyat, melibatkan didalamnya jutaan tenaga kerja, menghidupi jutaan UKMK baik langsung maupun tidak langsung, melibatkan 22 provinsi (dari 33 Provinsi), menghasilkan devisa (Netekspor) yang besar. Sangat beralasan untuk pemerintah memberi perhatian serius pada agribisnis minyak sawit ini. Apalagi saat ini, hanya minyak sawit yang berpeluang besar menjadikan Indonesia menjadi pemain global. Jika gagal mengantar agribisnis minyak sawit menjadi pemain global mungkin tidak ada lagi yang dapat kita jadikan sebagai pemain global dimasa yang akan dating.

Untuk mendukung dan memberhasilkan agribisnis minyak sawit menjadi pemain global secara berkesinambungan, kebijakan perdagangan internasional haruslah berbah kepada regim pro-ekspor. Sampai saat ini kebijakan perdagangan internasional kita masih menganut regim pro-impor atau anti ekspor. Kebijakan suku bunga yang tinggi dan tidak kompetetif dengan Negara lain, kebijakan kurs yang menguat secara artificial dan kebijakan pajak ekspor CPO (BK) secara netto adalah anti ekspor. Hanya karna harga CPO yang tinggi dipasar internasional dan biaya produksi CPO yang kompetitif dengan minyak nabati lain, yang menyebabkan ekspor CPO kita meningkat selama ini.

Kebijakan BK yang dimaksudkan untuk mendorong industri hilir tampaknya perlu dievaluasi. Kebijakan tersebut telah berlangsung lebih dari 10 tahun namun belum berhasil mendorong industri hilir. Penyebabnya adalah akibat suku bunga yang tinggi dan tidak kompetitif serta ketersediaan infrastruktur yang belum memadai didalam negeri. Oleh sebab itu, pemerintah perlu lebih dahulu menurunkan suku bunga, mempercepat pembangunan infrastruktur khususnya yang terkait dengan agribisnis sawit dan setelah itu baru menempuh kebijakan pajak ekspor.

Selain kebijakan yang pro ekspor, kebijakan tata ruang perlu ada kepastian dan mendukung agribisnis minyak sawit. Kebijakan tata ruang merupakan hak dan kewajiban pemerintah ( Ekskutif & Legislatif), dan tidak dapat dialihkan kepada dunia usaha. Dukungan dan kepastian tata ruang bagi agribisnis minyak sawit sangat diperlukan segera untuk mempercepat pengembangan agribisnis yang lebih modern kedepan.

Dukungan pemerintah yang tak kalah pentingnya adalah kepastian hukum dan keamanan. Jaminan keamanan berusaha merupakan hal yang mendasar bagi berkembangnya dunia usaha sekaligus bukti kehadiran pemerintah dalam bernegara.

Sejarah membuktikan bahwa bila kebijakan dan dukungan pemerintah promotif pada perkebunan kelapa sawit, terbukti berhasil menempatkan Indonesia terhormat menjadi produsen CPO terbesar dunia. Oleh karena itu, memasuki abad kedua perkebunan kelapa sawit Indonesia kedepan, dukungan kebijakan pemerintah yang promotif akan berhasil mengantar agribisnis minyak sawit Indonesia menjadi pemain global atau menjadi “Raja” minyak sawit dunia.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sawit Indonesia, Lirikan Dunia

PROPINSI Sumatera Utara (Sumut) menjadi primadona bagi para pengusaha untuk melakukan ekspansi secara besar-besaran wilayah perkebunan kelapa sawit. Dan jelas, dibandingkan dengan propinsi lain, produksi CPO (Crude Palm Oil) di Sumut memiliki jumlah produksi besar. Bisa dilihat dari banyaknya perusahaan perkebunan lokal dan asing yang berdiri di Sumut. Sebut saja Bakrie Plantations, Socfindo, Lonsum, SIPEF, dll.
Berbicara perkembangan kelapa sawit di Indonesia, tidak lepas dari sejarah kolonialisme dan praktik kapitalisme. Semangat para kolonial untuk menjajah Indonesia dengan pendekatan membuka perkebunan. Alur perkebunan sendiri berangkat dari adanya sistem pertanian yang berlabuh pada adanya pertanian komersil (perkebunan).

Pengembangan Sawit
Di Indonesia, perkebunan kelapa sawit pertama kali dikembangkan secara komersial sejak tahun 1911 di Pantai Timur Sumatera (Aceh dan Sumatera Utara). Perkembangan perkebunan sendiri memiliki catatan buram. Dimana sejak masuknya kolonialisme sampai saat ini, ternyata pangsa pasar produksi CPO Indonesia adalah dunia internasional. Diperkirakan sekitar 80% orientasi CPO Indonesia adalah eksport.

Pengembangan (eksploitasi) kelapa sawit kini menjadi kegelisahan bersama, mengingat tidak lagi memperhatikan kaedah lingkungan hidup, di tengah maraknya perhatian publik pada ”global warning”. Ada berbagai argumentasi yang menjadi alasan yang mendasari begitu maraknya pengembangan kelapa sawit di Indonesia.

Pertama Indonesia merupakan kawasan yang cocok untuk kelapa sawit. Kedua, adanya peningkatan pemanfaatan lahan. Ketiga ketersediaan lapangan kerja. Keempat, meningkatnya penerimaan negara dan masyarakat serta Kelima, meningkatnya permintaan dunia global
Inilah yang menjadi alasan ekspansi lahan kelapa sawit sehingga berakibat pada adanya alih fungsi hutan. Kesalahan yang dilakukan oleh perusahaan raksasa terjamin tidak diusik mengingat banyak nya kebijakan pemerintah yang melindungi perusahaan dan juga telah “bersetubuhnya” berbagai elemen, (TNI/Polri), legislatif, eksekutif dengan pengusaha. Hal ini tercermin banyaknya kebijakan, undang-undang perkebunan, peraturan dan Hak Guna Usaha (HGU) diberikan ke perusahaan yang sepenuhnya untuk melindungi kepentingan perusahaan kelapa sawit.

Tidak terhenti pada kebijakan, pemerintah juga memberikan berbagai fasilitas lain, seperti lahan yang diberikan dalam jumlah besar, dan infrastruktur (jalan dan pelabuhan). Penguasaan yang dilakukan perusahaan kelapa sawit tidak hanya pada sektor hulu, sektor hilir, (produksi CPO, PKO, PKM) juga kini menjadi bahan lirikan dan lebih para “buruh kebun” juga ikut dikuasai sepenuhnya.

Pengembangan kelapa sawit di Indonesia banyak menuai kontroversi dan konflik di tengah masyarakat. Dan memang, masyarakat menjadi korban, baik korban dampak lingkungan, upah rendah, penyerobotan lahan (tanah adat) dan berbagai persoalan hak buruh, marginalisasi peran perempuan, pengabaian hak buruh dan buruh anak dan banyaknya tindakan kriminalisasi.

Untuk Kebutuhan Global
Indonesia punya keinginan menjadi penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia dengan adanya pinjaman jangka panjang, izin alih fungsi hutan sampai pada banyaknya bentuk kerjasama dengan asing untuk produksi kelapa sawit.

Di tengah maraknya permasalahan Indonesia dengan Malaysia, ternyata perusahaan malaysia di Indonesia mencapai 1.353.700 ha atau 34% dari total perkebunan kelapa sawit Indonesia. Itulah betapa pentingnya Indonesia untuk kebutuhan minyak dunia dan Malaysia.

Dalam industri hilir, banyak perusahaan asing yang menggunakan produksi kelapa sawit Indonesia. Sebut saja seperti yang digunakan perusahaan Cadbury (UK), Danone (French), Kraft (US), Unilever (Nederhland/UK), dan masih banyak lagi, meskipun akhir-akhir ini produk mereka menjadi masalah, karena produksi kelapa sawit nya tidak sesuai dengan RSPO.

Kesimpulan
Dengan adanya kebutuhan global akan permintaan minyak, maka di Indonesia kini telah ada “penyakit”. Penyakit ingin mendirikan perkebunan kelapa sawit seluas-luasnya di lahan, baik itu lahan gambut maupun hutan.

Adanya gejala di atas, maka penguasaan sumber daya alam Indonesia berada di tangan perusahaan asing (indistrialisasi) dan juga di sektor perkebunan, kelapa sawit menjadi komoditas tunggal. Indonesia juga dengan bangga menjadi penyedia buruh murah, lahan gratis dan menjadi konsumen dari produk tanah sendiri.

Akhirnya kesemua catatan ini berlabuh pada banyaknya konflik dan banyaknya korban peristiwa yang tidak lagi memilik perjuangan hak, karena hanya menjadi komoditas saja.*

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MEMILIH BENIH KELAPA SAWIT YANG BAIK DAN BENAR

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack) merupakan salah satu komoditi ekspor Indonesia, tanaman tersebut mulai dikembangkan sebelum perang dunia kedua. Indonesia sendiri mulai menanam kelapa sawit secara komersial mulai tahun 1911 di Sumatera, tetapi selama periode 1958-1968 produksi stagnan dan mulai tumbuh pesat sejak tahun 1980. Dalam 2 (dua) dekade terakhir perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang pesat, baik luas areal maupun produksi. Pada tahun 1990 luas areal perkebunan kelapa sawit seluas 1,5 juta hektar, sedangkan pada tahun 2008 areal kelapa sawit di Indonesia tercatat seluas 7,01 juta hektar yang tersebar di propinsi NAD, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Papua. Indonesia merupakan produsen benih kelapa sawit terbesar di dunia dengan produksi sekitar 167 juta kecambah per tahun namun karena kebutuhan yang cukup banyak sehingga perlu peningkatan kuantitas dan kualitas dengan menggunakan atau memilih bibit yang benar. Pengadaan benih bahan tanaman atau disebut teknologi benih pada kelapa sawit tidak semudah seperti pada tanaman lain. Tanaman kelapa sawit pada awalnya hanya dapat diperbanyak secara generatif dan baru dalam 15 tahun terakhir ini diketahui dapat diperbanyak secara vegetatif melalui kultur jaringan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

5.cara membuat blogger

Cara Membuat Blog di Blogspot – Panduan Bikin Blog Lengkap Mudah Gratis
November 11, 2011 | Filed under: Blog | Posted by: admin
ridwanaz

cara membuat blog

Pada posting kali ini saya akan membuatkan panduan cara membuat blog yang disediakan secara gratis oleh blogger.com. Mungkin kamu pernah mendengar istilah blog atau webblog kan? blog tidak jauh berbeda dengan website, yang membedakan jika website hanyalah situs yang menyediakan informasi satu arah bagi pengunjungnya, sedangkan blog atau webblog menyediakan informasi secara dua arah, jadi para pengunjung bisa memberikan komentar tentang artikel yang disajikan oleh pengelola blog itu. Selain itu membuat dan mengelola blog juga jauh lebih mudah dari pada website. Oh ya istilah lain dari blog adalah CMS, yang merupakan singkatan dari Content Management Sistem. Sedangkan orang yang mempunyai blog disebut blogger

Ada dua layanan blog gratis yang sering digunakan oleh para bloger untuk ngeblog, yaitu blogspot (bloger.com) dan wordpress. Tapi kali ini yang akan dibahas adalah panduan cara membuat blog dengan blogspot (blogger) dulu. bagi kamu yang ingin tahu cara membuat blog di wordpress silahkan klik di sini

Oke, tanpa banyak berbasa-basi lagi silahkan baca langkah-langkah cara membuat blog di bawah ini ya…

1. Yang harus kamu siapkan dan wajib sebelum membuat atau bikin blog di blogspot (blogger) adalah memiliki email terlebih dahulu. email ini nantinya digunakan untuk mendaftar pertama kali. jika belum bisa atau belum membuat email baca di sini (klik di sini), kamu bisa belajar cara memabuat email di situ. Tenang saja tidak usah terburu-buru. Baca dulu panduan ini sampai habis, kemudian baru dipraktekkan. oke

2. Jika sudah membuat email, bukalah alamat www.blogger.com, dan pastikan yang muncul adalah halaman seperti di bawah ini

cara membuat blog di blogspot

klik tombol orange yang bertuliskan Memulai, untuk mulai mendaftar.

3. Kemudian lengkapi formulir pendaftaran pembuatan blog di blogspot seperti gambar di bawah ini.

cara membuat blog di blogspot

gambar di atas merupakan contoh, untuk isinya sesuaikan dengan data yang kamu miliki

pada kolom alamat email : masukan email kamu
ketik ulang alamat email : masukan lagi email yang sama seperti diatas

masukan sebuah password : masukkan kata kunci (minimal 8 karakter, bisa huruf bisa angka)
ketikan ulang sandi : masukan lagi password yang telah kamu masukan sama dengan yang di atas

Nama tampilan : isi nama kamu atau nama alias kamu (ini akan tampil bersamaan dengan posting, artikel yang kamu buat nanti)

verifikasi : masukkan gambar kata yang terdapat di atas kolom.

pada gambar di atas sudah saya sertakan contoh pengisiannya

jika sudah diisi semua lalu klik Tombol panah orange (Lanjutkan)



4. setelah kamu klik tombol lanjutkan, nanti akan tampil halaman formulir untuk melengkapi judul blog dan alamat blog kamu

cara membuat blog

Isilah Judul Blog dan Alamat blog sesuai dengan keinginanmu, jika alamat blog menggunakan 2 kata atau lebih gunakan tanda ( – ). karena blogspot tidak bisa menggunakan spasi. contoh pengisiannya perhatikan gambar di atas

terkadang alamat blog yang kita tulis sudah pakai oleh orang lain, jika sudah dipakai orang lain berati tidak bisa digunakan. Untuk mengetahui sudah dipakai orang lain atau belum Klik saja tombol “cek ketersediaan” jika belum dipakai orang lain, maka di bawahnya akan muncul tulisan warna hijau yang bertuliskan Alamat blog ini tersedia

jika sudah selesai menentukan judul dan alamat blog, silahkan klik tombol lanjutkan



5. Setelah kamu klik tombol lanjutkan, nanti akan tampil halaman untuk menentukan tema atau template blog kamu, seperti gambar di bawah ini.

cara membuat blog



Untuk memilih template tinggal klik salah satu. kemudian klik tombol lanjutkan.

Setelah tombol Lanjutkan di atas diklik, berarti blog kamu sudah jadi, hanya saja belum ada artikelnya sama sekali. Untuk memberi artikel pertama kali, silahkan klik tombol Mulai Blogging seperti gambar di bawah ini.



cara membuat blog



6. Setelah kamu klik tombol mulai blogging nanti akan tampil halaman pengisian artikel.

gambar di bawah ini merupakan halaman pengisian artikel yang sudah disertai dengan contohnya.

cara membuat blog



Kolom judul untuk judul artikel, kolom yang lebar di bawahnya itu untuk menulis artikel atau posting, dan kolom label untuk mengisi jenis kategory artikel.

jika sudah diisi semua, tekan menu TERBITKAN ENTRI, setelah itu akan muncul pemberitahuan yang mengatakan bahwa kamu telah berhasil menerbitkan posting atau artikel seperti gambar di bawah ini. Untuk melihat tampilan artikel yang berhasil kamu buat tadi silahkan klik tombol Lihat Entri.

cara membuat blog



Tampilan artikel di blog kamu akan tampak seperti gambar di bawah ini.

cara membuat blog

Sekarang blog kamu sudah selesai dibuat dengan satu buah artkel.

Perhatikan sisi halaman pojok kanan atas yang dilingkari. tombol entri baru untuk menulis artikel yang baru, tombol Desain untuk menentukan atau pengatur Desain, sedangkan tombol keluar untuk Log out, jika sudah setelah memposting artikel atau setelah mengatur blog kamu.

7. jika suatu saat nanti kamu ingin memposting artikel baru lagi, kamu tidak perlu mendaftar lagi… tinggal buka www.blogger.com kemudian masukkan email , dan paswod kamu , kemudian klik tombol “masuk”, dengan begitu kamu akan d bawa ke menu dashboard blogspot,

cara membuat blog



Tampilan Dasrboard blogger kamu akan tampak seperti gambar di bawah ini, melalui halaman dashboard kamu bisa mengedit, membuat posting, ataupun mengatur setting blog kamu.

cara membuat blog

Beberapa waktu yang lalu, untuk bisa menggunakan blogger secara penuh, kita harus melakukan verifikasi akun dengan mengklik link verisikasi dari Blogger.com yang dikirimkan ke email kita, namun saat ini sudah tidak lagi. Jadi kita bisa menggunakan blogger secara penuh TANPA repot verisikasi akun.



8. Oh iya jika kamu sudah mempunyai email di Gmail. kamu tidak perlu mendaftar dari awal… Kamu dapat langsung memasukkan alamat email gmail dan password kamu, kemudian klik tombol masuk.

jika menggunakan email dari Gmail, kamu tidak perlu memasukan password dan email lain ataupun capta kode lagi… tinggal masukkan nama tampilan saja

Selanjutnya langkah-langkahnya sama dengan yang di atas….

sampai di sini dulu posting tentang langkah membuat blog di blogspot, semoga cukup mudah dipahami, jika kurang paham mohon maaf, dan bisa menuliskan komentar ada di bawah ini jika ada pertanyaan dan saran. terima kasih. dan selamat mencoba
Untuk Lanjutan Panduan Cara membuat blog bagian kedua tentang Mengisi Artikel pada blog Klik Di sini
Untuk panduan cara menganti template blog di blogspot, dan juga untuk mengedit klik di sini

Disarankan untuk jangan masuk ke panduan ke dua.. jika panduan ke satu di atas belum dipraktekkan…

artikel lain yang berkaitan

Cara menambahkan atau upload video pada posting blog di blogspot» Cara menambahkan atau upload video pada posting blog di blogspot
» Cara Menambah Widget Sidebar pada Blog di Blogspot
» Cara menghilangkan tanda Reported Attack page pada blog atau situs
» cara mencari mengetahui script malware server hosting
» Cara Mengganti Template Blog Blogspot - Merubah - Mengedit

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

4.trik cara membuat replay pada komenter blog

Cara Mudah Membuat Reply Komentar Pada Blog. - Kali ini saya akan membahas bagaimana caranya membuat replay komentar pada blog karena menurut saya sangatlah penting memasang tombol replay komentar di blog agar dapat memudahkan kita untuk membalas komentar dari kawan-kawan kita yang berkunjung dan memberi saran atau kritik lewat kolom komentar pada blog kita.


Cara Mudah Membuat Reply Komentar Pada Blog

Berikut Tips dan Trik Cara Mudah Membuat Replay Komentar Pada Blog :


Masuk blogger > rancangan > edit html > centang expand template widget
Kemudian cari kode , kemudian copy dan pastekan kode dibawah ini tepat diatas kode dibawah ini, tepat diatas kode :



Reply Comment



Ganti Tulisan angka pada blogID=1585432713698910361 dengan menggunakan blogID sobat sendiri, setelah selesai silahkan simpan/save.


Dan lihat hasilnya, mudah bukan...???


Selamat mencoba dan seoga bermanfaat kawan...!!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

3.trik seo

Akhirnya setelah lama vacum dan tidak pernah melakukan perawatan di site belajar seo untuk pemula ini akhirnya disela-sela waktu yang ga ada senggangnya saya mencoba untuk menuliskan beberapa artikel yang berhubungan dengan promosi online di internet atau umumnya disebut dengan seo (optimasi website). Belajar seo, sangat umum dan saya sering sekali mendengar kata itu, tapi apa sih sebenarnya yang haru dipelajari agar bisa cepat menguasai tekhnik-tekhnik seo yang jitu dan mujarab. Saya akan mencoba membahas apa saja yang harus dikuasai bagi pemula, minimal bisa menerapkan seo yang baik untuk web baru yang sudah dibuat, jadi siapkan dahulu bahan-bahannya seperti: koneksi internet dan website yang belum dioptimasi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2.trik cara membuat resentpost berjalan

Cara membuatnya sangatlah mudah untuk jelasnya ikuti langkah dibawah ini :


· 1. Login dulu ke Akun Blogspot anda

· 2. Lalu pada halaman Dasbord Pilih dan Klik Rancangan


· 3. Setelah terbuka Laman rancangan Klik Tambah Gadget


· 4. Lalu pilih Widget HTML/JavaScript


· 5. Copy script berikut :





· 6. Terakhir klik SAVE
Ca
Catatan :
nMaxPosts = 10 : merupakan banyaknya post yang akan ditampilkan.
nScrollDelay = 180 : merupakan kecepatan marquee semakain kecil semakin lambat.
;http://BLOGKAMU.com : ganti dengan alamat blog mu.


Nah itu tadi caranya mudahkan selamat mencoba ^_^

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1.trik cara membuat daftar blog

Berikut ini langkah-langkahnya :
1. Masuk ke account blogger anda
2. Pilih tata letak/layout
3. Pilih tambah gadget
4. Pilih HTML/javascript.
5. Beri Judul Dafar isi atau judul sesuai dengan keinginan sobat
5. Kopas kode di bawah in

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

batu bara dan sawit

Batubara, Sawit dan Hasil Pertanian
OPINI | 08 November 2011 | 14:33 91 2 Nihil

Indonesia memang punya cadangan batubara yang sangat besar di sumatera dan kalimantan,batubara masih menjadi sumber energi untuk tenaga listrik dan operasi mesin2 di industri..saat ini pengusaha batubara berlomba2 mengeruk dr dlm bumi secara besar2an..permintaan kapal tongkang(barge) pun ikut melonjak tajam..hal yg sama jg terjadi di sawit..CPO menjadi komoditi yg sangat potensial dan menjadi andalan negeri ini..namun sampai kapan kita ada ketergantungan dengan batubara?perlu inovasi teknologi baru sebagai sumber energi,,lalu kapan ide pemanfaatan gelombang laut sebagai energi pembangkit utk listrik di laksanakan?bertambahnya jmlh penduduk jg makin meningkat kebutuhan pangan,saat ini kita byk impor beras,garam,buah2an dan hasil pertanian lain..apa lahan pertanian kita kurang luas ato memang masyarakat malas bertani?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

belum bangun plsma

bu, 14 Desember 2011 , 10:12:00
Belum Bangun Plasma, Izin Kebun Sawit Terancam Dicabut

PALANGKARAYA – Mengingat masih banyak perusahaan perkebunan swasta yang belum membangun plasma minimal 20 persen dari luas lahan yang diizinkan pemerintah sesuai aturan, Menteri Pertanian (Mentan) Suswono berencana mengaudit dan memanggil perusahaan-perusahaan tersebut.

”Aturan yang mewajibkan semua pengusaha perkebunan besar kelapa sawit untuk menyediakan lahannya seluas 20 persen untuk dijadikan lahan plasma untuk masyararakat sekitar hutan adalah wajib. Dan itu sudah berjalan sejak tahun lima tahun yang lalu, tetapi hingga saat ini ternyata masih banyak pengusaha yang belum melaksanakannya,” ujarnya usai menghadiri Hari Perkebunan di Palangkaraya, Kalteng belum lama ini.

Suswono mengaku akan melakukan audit terlebih dulu berapa perusahaan besar swasta yang belum menerapkan aturan itu. Selain itu, pengusahanya juga akan dipanggil untuk dimintai penjelasan hingga tidak melaksanakan kewajiban tersebut.

”Jika setelah dipanggil tetap tidak melaksanakan, izinnya akan kami cabut," tegasnya didampingi Dirjen Perkebunan Gamal Nasir MS.

Dalam Permentan No 26/2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan sudah jelas mengamanatkan agar para usaha perkebunan melaksanakan perkebunan plasma sebesar 20 persen dari luas izin yang diusahakannya. Sementara Wakil Gubernur (Wagub) Kalteng H Achmad Diran mengatakan, pihaknya telah menetapkan Perda tentang Pengelolaan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kelapa sawit dan para 'raja' kebun sawit

Kelapa sawit dan para 'raja' kebun sawit


Oleh: Martin Sihombing


Hujan itu membasahi ladang sawit
Dan peneroka di rumah, sedang sakit
Bermimpi tentang keluarga makmur dalam perit
Bermimpi tentang turun naik harga sawit

Itu adalah sepenggal sajak bertajuk 'Hujan Memasuki Ladang Sawit' karya Arisel BA. Sajak itu memperlihatkan betapa harga sawit, yang baik dan buruk, mampu membawa hal itu ke dalam mimpi pelakunya (petani atau produsen).

Memang, di antara sekian banyak sektor yang menjadi andalan penerimaan devisa Indonesia, kelapa sawit dan produk turunannya, salah satu yang menonjol. Hingga 2005, total nilai ekspor komoditas pertanian ini US$4,7 miliar.

Sepanjang sejarah keberadaan tanaman ini di Indonesia, bangsa ini tidak pernah tidak menerima hasil. Komoditas ini, bahkan tidak pernah merasa letih untuk memberikan uang banyak kepada bangsa ini, kendati sering 'diperas'. Bahkan, dari tahun ke tahun, pertumbuhan sumbangan sawit terus memperlihatkan prestasi yang mengesankan. Indikatornya, banyak orang menjadi kaya raya dari tanaman (Elaeis guineensis) yang asalnya dari Afrika Barat ini, baik sebagai pengusaha maupun sebagai tenaga kerja, bisa dijadikan gambaran itu.

Tanaman ini menjadi salah satu instrumen yang mendonasikan rezeki ke pundi-pundi keuangan perusahaan besar atau para 'raja sawit', paling tidak kepada delapan pengusaha besar di Indonesia. Yakni Bakrie and Brothers melalui PT Bakrie Sumatra Plantations, Sinarmas Grup melalui PT Golden Agri Resources, Raja Garuda Mas atau RGM dari PT Asian Agri, Astra Internasional Grup melalui PT Astra Agro Lestari Tbk, Napan Group dari PT PP London Sumatera Indonesia, Socfin Group melalui PT Socfindo, Salim Group melalui PT Salim Plantations, SIPEF Group dari PT Tolan Tiga.

Pada Januari 1998, Far Eastern Economic Review pernah menggambarkan hasil yang diperoleh para pengusaha dari minyak sawit. Salah satunya tentang rekor keuntungan PT PP London Sumatera Indonesia (Lonsum) yang 'were going through the roof'. Dalam tulisan itu digambarkan, pada 1996 net profit Lonsum Rp80,6 miliar atau US$34 juta (dengan kurs dolar AS saat itu) dari hasil penjualan Rp208 miliar. Bahkan pada sembilan bulan pertama 1997, keuntungan dari total operating profit Lonsum mencapai Rp83 miliar atau tumbuh 17% (year on year). Pertumbuhan profit margin itu tidak terlepas dari hasil ekspor 60% produksi Lonsum, di mana harga CPO saat itu tengah booming. Bahkan pada saat nilai mata rupiah diambangkan pada pertengahan Agustus 1997, dan kemudian terdepresiasi 5% terhadap dolar AS, memberikan nilai tambahan 2% kepada penghasilan (earning) Lonsum.

Lahan kelapa sawit 10 pengusaha besar pada 1997
Group Perusahaan Total
lahan (ha) Lahan ditanami (ha)
1. Salim Group PT Salim Plantations 1.155.745 95.310
2. Sinarmas Group PT Golden Agri Resources 320.463 113.562
3. Texmaco Group 168.000 35.500
4. Raja Garuda Mas PT Asian Agri 259.075 96.330
5. Astra Group PT Astra Agro Lestari Tbk 192.375 125.461
6. Hashim Group 44.235 105.282
7. Surya Dumai Grup 154.133 23.975
8. Napan Group PT PP London Sumatra indonesia Tbk 245.629 78.944
9. Duta Palma Group 65.800 25.450
10. Bakrie and Brothers Bakrie Sumatra Plantation 49.283 23.392
Total 2.854.738 723.206
Sumber: Badan Planalogi (1999)

Sebelum ekonomi Indonesia ini terpuruk, dari data milik Center for International Forestry Research (Cifor) pada Juni 2000, luas lahan yang dikuasai para pengusaha itu, totalnya masih mencapai 1,25 juta hektare. Sedangkan total area perkebunan di Indonesia saat itu sekitar 2,51 juta hektare. Sisanya, 813.175 hektare dikuasai petani kecil (smallholders) dan 448.735 hektare dikuasai perkebunan negara (PTPN).

Lonjakan itu mulai terasa dari 1986 dan puncaknya pada 1996 di mana perkebunan swasta seluas 1,1 juta hektare. Padahal, pada 1986, masih 144.182 hektare. Ini berarti, setiap tahun (1986-1996), bertumbuh sekitar 24%, sedangkan pertumbuhan rata-rata pada per tahun periode 1969-1986, 7,6%.

Tanaman produksi

Sementara itu, dari data Badan Planalogi Dephut, pada 1997 luas lahan yang dikuasai sepuluh swasta besar di oil palm, termasuk Duta Palma Group, Texmaco, Surya Dumai Group dan Hashim Group, mencapai 2,85 juta hektare dan yang ditanami 723.206 ha.

Tapi itu pun tidak terlepas dari dukungan kebijakan pemerintah kepada investor untuk mengembangkan kelapa sawit. Begitu besar potensi ekonominya, pemerintah (1986-1996) membuka pintu lebar-lebar kepada swasta masuk ke sub-sektor perkebunan itu dengan memberika kelonggaran kredit untuk mengembangkan perkebunan yang ada, membuka perkebunan baru dan membuat fasilitas penggilingan (pengolahan). Pemerintah memberikan bunga 11% selama masa persiapan dan masa tanam dan 14% setelah tanaman produksi. Sebaliknya, 'executing bank' itu mendapatkan kredit dengan bunga 4% dari Bank Indonesia.

Industri CPO pun kian marak. Pada era itu (1992-1997), permintaan dunia (global demand) untuk minyak sawit tumbuh sekitar 7% per tahun. Di atas minyak tumbuhan lainnya yang tumbuh 4% per tahun. Dan konsumen terbesar minyak sawit ada di Asia seperti Indonesia, China, Malaysia, Pakistan yang konon karen menyukai makanan yang digoreng.

Di Indonesia, CPO yang diolah oleh sejumlah perusahaan, khususnya menjadi minyak masak, tumbuh 13% sejak 1986. Contohnya, pada 1986, konsumsi domestik baru 0,66 juta ton, pada 1997 menjadi 2,8 juta ton. Ini karena adanya lonjakan populasi dan income per kapita. Jika pada 1990, konsumsi per kapita baru 6,9 kg, pada 1995 menjadi 10,4 kg dan itu secara tidak langsung menegaskan adanya pertumbuhan 8,6% per tahun.

Namun yang menarik adalah soal pajak. Arifin S dan WR Susila, dari Pusat Studi Ekonomi, Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian, dalam Indonesia as a Major Oil Palm Producers: Prospects and Challenges, mengatakan minyak sawit Indonesia begitu menjanjikan karena Pemerintah Indonesia mendemonstrasikan komitmennya untuk membangun sub-sektor kelapa sawit dengan menawarkan sejumlah insentif, baik untuk investor domestik dan asing.

Sebagai contoh, sebelum krisis, pemerintah mengurangi (reduce) pajak ekspor (export tax) minyak sawit dari progresive menjadi 5%. Mempromosikan pengembangan perkebunan sawit di Indonesia bagian timur dengan skema Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA) dan mendesain bidang yang besar untuk perkebunan kelapa sawit.

Pada 1997, Presiden Soeharto mengumandangkan tekad untuk menggeser Malaysia sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia dengan menggandakan luasan perkebunan sawit menjadi 5,5 juta hektare pada 2000. Dengan begitu produksi crude palm oil (CPO) Indonesia akan tumbuh dari 7,2 juta ton pada 2000 menjadi 10,6 juta ton pada 2005.

Sebagian besar perkebunan baru itu dibangun di kawasan Kalimantan, Sumatra, Sulawesi dan Irian Jaya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MODEL PENGANGKUTAN PRODUK PERTANIAN KELAPA SAWIT UNTUK PASAR DOMESTIK

Indonesia merupakan negara yang subur tanahnya. Dengan kondisi geografis yang
memiliki banyak gunung berapi yang dapat menyuburkan tanah sehingga memungkinkan
Indonesia ditanami oleh tumbuhan apa saja. Indonesia adalah negara terkaya di dunia dalam hala
kekayaan hayati. Salah satunya adalah kelapa sawit. Indonesia merupakan salah satu penghasil
komoditas kelapa sawit terbesar di dunia.
Kelapa sawit merupakan bahan mentah

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

ganoderma ancam produsen kelapa sawit

Ganoderma ancam produsen kelapa sawit
08 Nov 2011

Bisnis Indonesia
Opini

JAKARTA Potensi kerugian tanaman kelapa sawit di Tanah Air akibat jamur akar merah atau Ganoderma sp mencapai US$256 juta, dengan asumsi 1% tingkat kematian pohon kelapa sawit akibat serangan jamur itu.

Kepala Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI) Darmono Taniwiryono mengatakan kerugian negara pada tingkat kematian sawit 1% mencapai US$256 juta per tahun. Menurutnya, jika 1 batang tanaman sawit Rp 2,6 juta, dengan tingkat kematian 1% menyebabkan kerugian US$3 miliar per tahun.

"Tidak jarang tingkat seranganjamur akar merah di lapangan menyebabkan kematian tanaman sawit hingga 40%," ujarnya kepada wartawan, hari ini.

Jamur Ganoderma sp menyerang akar tanaman dan pangkal batang. Dia menambahkan 30% kelapa sawit yang berumur di atas 15 tahun bertumbangan di Sumatra Utara. Menurutnya, potensi kerugian ekonomi akibat jamur itu menyebabkan produksi sawit turun.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

protensi danprospek bisnis kelapa sawit dunia

Target Ambisius Sawit Nasional
Sawit, komoditas utama sektor perkebunan ini memang selalu hangat untuk diperbincangkan. Minyak mentahnya (CPO)
yang banyak dicari oleh pasar dunia membuatnya semakin digemari. Agrofuels atau lebih dikenal dengan nama biofuel
adalah bahan bakar nabati yang digadang-gadang akan menjadi bahan bakar pengganti minyak bumi.
Saat ini minyak fosil yang diambil dari perut bumi di tuduh sebagai penyebab utama perubahan iklim Global (Climate
Change) lewat karbon yang dihasilkanya.
Olehnya beberapa pihak melihat biofuel sebagai sebuah peluang ekonomi bagi negara-negara berkembang. Indonesia
termasuk negara yang paling getol menjadikan sawit sebagai produk andalan sektor perkebunan. Tak tanggungtanggung
Indonesia menargetkan sebagai produsen CPO sawit terbesar di dunia.
Nampaknya target ini bukan hanya gertak sambel, kebijakan nasional dan regional dihasilkan untuk mempertegas
keinginan tersebut. Hal ini menjadi semakin serius ketika Uni Eropa menetapkan bahwa ditahun 2010 bahan bakar
transportasi harus mengandung 10% biofuels.
Pemerintah Indonesia pun mengeluarkan kebijakan energi terbarukan (Bahan Bakar Nabati) yaitu Intruksi Presiden No.1
tahun 2006, yang kemudian disusul dengan Keputusan Presiden No. 10 tahun 2006 tentang Pembentukan Tim Nasional
Pembangunan Biofuel.
Pada medio tahun 2006, melalui Peraturan Mentri Pertanian (Permentan) No. 33 tentang Revitalisasi Perkebunan,
dilakukan upaya percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman
perkebunan.
Program ini didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh Pemerintah yang melibatkan perusahaan
dibidang usaha perkebunan sebagai mitra dalam pembangunan kebun, pengolahan dan pemasaran hasil. Komoditas
yang dikembangkan adalah kelapa sawit, karet dan kakao.
Beberapa kebijakan ini kembali dipertegas lagi dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 30 tahun 2007. Dan sejak
dikeluarkannya Undang-Undang tentang Diversifikasi dan Konversi Energi ini, program Biofuel menjadi sesuatu yang
harus segera direalisasikan.
Pada awal 2009, satu lagi regulasi yang memperkuat realisasi program biofuels dan perluasan lahan sawit yakni
Peraturan Menteri Pertanian No. 14 Permentan/PL.110/2/2009 tentang pedoman pemanfaatan lahan gambut untuk
budidaya kelapa sawit.
Tentunya kebijakan-kebijakan ini membawa angin segar bagi perkembangan sektor perkebunan di Indonesai. Meski tak
lepas dari kontroversi dan penolakan terhadap perluasan lahan sawit, dari berbagai aktifis pro lingkungan, namun
pemerintah tak bergeming.
Bahkan pada September 2008 pemerintah mewajibkan industri untuk memenuhi 2,5% kebutuhan energinya dari Bahan
Bakar Nabati. Satu lagi alasan kenapa sawit menjadi primadona di sektor ini.
Insentif dan Dukungan Riset
Atas berbagai pertimbangan, pemerintah memang menempatkan sawit pada posisi yang istimewa dibanding kakao dan
karet. Betapa tidak, guna menjamin kepastian dan keberlanjutan usaha maka program pengembangan sawit
dilaksanakan melalui kemitraan dengan perusahaan perkebunan baik swasta maupun BUMN.
Sedangkan untuk komoditas karet dan kakao dapat dikembangkan tanpa mitra usaha atau dapat melalui individu atau
kelompok tani itu sendiri.
Untuk mendukung program revitalisasi perkebunan beberapa Bank Pelaksana telah menyepakati penyediaan dana
sebesar Rp 13,1 triliyun untuk Tahun 2008 dan Rp 22,4 triliyun untuk Tahun 2009.
Bank-bank tersebut diantaranya BRI, Bank Mandiri, BUKOPIN, PT. BPD Sumatera Barat, PT. BPD Sumatera Utara, BNI,
PT. BPD Sumatera Selatan, BPD Papua, Bank Agro, Bank Niaga, BPD NAD, BPD Riau dan BII.
Menurut Mentri Pertanian Anton Apriyanto, saat ini Indonesia merupakan produsen terbesar kelapa sawit, disusul
Malaysia. Untuk menghadapi persaingan industri kelapa sawit yang makin gencar sekarang ini, dalam waktu dekat
pemerintah akan membangun Lembaga Riset dan Pengembangan Kelapa Sawit berskala besar.
“Lembaga ini nantinya akan berstatus BUMN,” ungkap Anton seusai memimpin rapat Dewan Pengarah
Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Rabu, 05 Juni silam. Melalui lembaga riset ini pemerintah akan berupaya
mengembangkan segala bentuk teknologi kelapa sawit mulai dari perbenihan hingga ke industri turunan minyak sawit
(down stream industry).
Sedangkan mengenai pengaturan soal substansi riset dan pengembangan menurut Menteri Pertanian akan digodok
dalam sebuah Konsorsium Sawit. Konsorsium ini terdiri dari berbagai unsur, seperti pemerintah, BUMN maupun swasta
yang bergerak di bidang perkebunan sawit.
Dana sebesar Rp 3 miliar per tahun pun telah disediakan untuk mendukung konsorsium sawit tersebut. Indonesia kini
memiliki 7,32 juta ha kebun kelapa sawit dengan produksi 19,44 juta ton minyak sawit mentah (CPO). Pemerintah kini
berkonsentrasi meningkatkan produktivitas tanaman untuk meraih produksi 40 juta ton CPO di tahun 2020.
Anton memandang Kerja sama penelitian dan pengembangan kelapa sawit sangat penting untuk jangka panjang.
Selanjutnya pemerintah bisa menikmati efek domino (multiplier effects) dari peningkatan kesejahteraan petani yang
menghasilkan CPO lebih banyak.
ESILO Media Aspirasi Rakyat
http://www.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

target ambisius sawit nasional

Target Ambisius Sawit Nasional
Sawit, komoditas utama sektor perkebunan ini memang selalu hangat untuk diperbincangkan. Minyak mentahnya (CPO)
yang banyak dicari oleh pasar dunia membuatnya semakin digemari. Agrofuels atau lebih dikenal dengan nama biofuel
adalah bahan bakar nabati yang digadang-gadang akan menjadi bahan bakar pengganti minyak bumi.
Saat ini minyak fosil yang diambil dari perut bumi di tuduh sebagai penyebab utama perubahan iklim Global (Climate
Change) lewat karbon yang dihasilkanya.
Olehnya beberapa pihak melihat biofuel sebagai sebuah peluang ekonomi bagi negara-negara berkembang. Indonesia
termasuk negara yang paling getol menjadikan sawit sebagai produk andalan sektor perkebunan. Tak tanggungtanggung
Indonesia menargetkan sebagai produsen CPO sawit terbesar di dunia.
Nampaknya target ini bukan hanya gertak sambel, kebijakan nasional dan regional dihasilkan untuk mempertegas
keinginan tersebut. Hal ini menjadi semakin serius ketika Uni Eropa menetapkan bahwa ditahun 2010 bahan bakar
transportasi harus mengandung 10% biofuels.
Pemerintah Indonesia pun mengeluarkan kebijakan energi terbarukan (Bahan Bakar Nabati) yaitu Intruksi Presiden No.1
tahun 2006, yang kemudian disusul dengan Keputusan Presiden No. 10 tahun 2006 tentang Pembentukan Tim Nasional
Pembangunan Biofuel.
Pada medio tahun 2006, melalui Peraturan Mentri Pertanian (Permentan) No. 33 tentang Revitalisasi Perkebunan,
dilakukan upaya percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman
perkebunan.
Program ini didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh Pemerintah yang melibatkan perusahaan
dibidang usaha perkebunan sebagai mitra dalam pembangunan kebun, pengolahan dan pemasaran hasil. Komoditas
yang dikembangkan adalah kelapa sawit, karet dan kakao.
Beberapa kebijakan ini kembali dipertegas lagi dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 30 tahun 2007. Dan sejak
dikeluarkannya Undang-Undang tentang Diversifikasi dan Konversi Energi ini, program Biofuel menjadi sesuatu yang
harus segera direalisasikan.
Pada awal 2009, satu lagi regulasi yang memperkuat realisasi program biofuels dan perluasan lahan sawit yakni
Peraturan Menteri Pertanian No. 14 Permentan/PL.110/2/2009 tentang pedoman pemanfaatan lahan gambut untuk
budidaya kelapa sawit.
Tentunya kebijakan-kebijakan ini membawa angin segar bagi perkembangan sektor perkebunan di Indonesai. Meski tak
lepas dari kontroversi dan penolakan terhadap perluasan lahan sawit, dari berbagai aktifis pro lingkungan, namun
pemerintah tak bergeming.
Bahkan pada September 2008 pemerintah mewajibkan industri untuk memenuhi 2,5% kebutuhan energinya dari Bahan
Bakar Nabati. Satu lagi alasan kenapa sawit menjadi primadona di sektor ini.
Insentif dan Dukungan Riset
Atas berbagai pertimbangan, pemerintah memang menempatkan sawit pada posisi yang istimewa dibanding kakao dan
karet. Betapa tidak, guna menjamin kepastian dan keberlanjutan usaha maka program pengembangan sawit
dilaksanakan melalui kemitraan dengan perusahaan perkebunan baik swasta maupun BUMN.
Sedangkan untuk komoditas karet dan kakao dapat dikembangkan tanpa mitra usaha atau dapat melalui individu atau
kelompok tani itu sendiri.
Untuk mendukung program revitalisasi perkebunan beberapa Bank Pelaksana telah menyepakati penyediaan dana
sebesar Rp 13,1 triliyun untuk Tahun 2008 dan Rp 22,4 triliyun untuk Tahun 2009.
Bank-bank tersebut diantaranya BRI, Bank Mandiri, BUKOPIN, PT. BPD Sumatera Barat, PT. BPD Sumatera Utara, BNI,
PT. BPD Sumatera Selatan, BPD Papua, Bank Agro, Bank Niaga, BPD NAD, BPD Riau dan BII.
Menurut Mentri Pertanian Anton Apriyanto, saat ini Indonesia merupakan produsen terbesar kelapa sawit, disusul
Malaysia. Untuk menghadapi persaingan industri kelapa sawit yang makin gencar sekarang ini, dalam waktu dekat
pemerintah akan membangun Lembaga Riset dan Pengembangan Kelapa Sawit berskala besar.
“Lembaga ini nantinya akan berstatus BUMN,” ungkap Anton seusai memimpin rapat Dewan Pengarah
Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Rabu, 05 Juni silam. Melalui lembaga riset ini pemerintah akan berupaya
mengembangkan segala bentuk teknologi kelapa sawit mulai dari perbenihan hingga ke industri turunan minyak sawit
(down stream industry).
Sedangkan mengenai pengaturan soal substansi riset dan pengembangan menurut Menteri Pertanian akan digodok
dalam sebuah Konsorsium Sawit. Konsorsium ini terdiri dari berbagai unsur, seperti pemerintah, BUMN maupun swasta
yang bergerak di bidang perkebunan sawit.
Dana sebesar Rp 3 miliar per tahun pun telah disediakan untuk mendukung konsorsium sawit tersebut. Indonesia kini
memiliki 7,32 juta ha kebun kelapa sawit dengan produksi 19,44 juta ton minyak sawit mentah (CPO). Pemerintah kini
berkonsentrasi meningkatkan produktivitas tanaman untuk meraih produksi 40 juta ton CPO di tahun 2020.
Anton memandang Kerja sama penelitian dan pengembangan kelapa sawit sangat penting untuk jangka panjang.
Selanjutnya pemerintah bisa menikmati efek domino (multiplier effects) dari peningkatan kesejahteraan petani yang
menghasilkan CPO lebih banyak.
ESILO Media Aspirasi Rakyat
http://www.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS